Bandung (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan bisa membantu neraca perdagangan dalam negeri baik secara langsung atau pun tak langsung.

"Neraca perdagangan sangat terteken oleh importasi produk migas yang terus membesar. Jadinya penyikapan mengenai kenaikan harga BBM akan bisa membantu mengenai neraca perdagangan baik secara langsung atau pun tidak langsung," kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, di Bandung, Senin.

Ditemui usai menjadi pembicara pada Kuliah Umum bertemakan "Teknologi, Demokrasi dan Perlindungan Konsumen" di Aula Barat ITB, Mendag mengatakan hingga saat ini pemerintah terus berupaya mencari solusi yang bijaksana terkait kenaikan harga BBM bersubsidi ini.

"Tapi ini harus dicari solusi yang bijaksana karena jangan sampai hal ini membuahkan tren inflasi yang tidak terkendali dan ini tentunya rakyat jangan sampai dibebani dengan kenaikan harga yang besar. Jadinya kompensasi-kompensasi untuk masyarakat juga harus dipikirkan. Saya rasa itu semangat pemerintah," ujar Gita.

Ketika ditanyakan berapa besaran harga kenaikan harga BBM bersubsidi, Mendag menyatakan tidak mengetahuinya.

Ia menuturkan, penentuan kewenangan untuk kenaikan harga BBM melibatkan lintas kementerian yakni Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Perekenomian serta Kemenetrian Keuangan.

"Untuk yang itu saya tidak tahu, biar nanti itu menjadi kewenangan Kemetrian ESDM dan Perekonomian, dan Keuangan," katanya.

Pihaknya juga tidak mengetahui tentang opsi harga BBM subsidi yang akan dijual dengan satu harga dan di bawah Rp6.500 per liter.

"Pokoknya nanti Presiden yang akan menentukan harga pas berapa," ujarnya.

Juru bicara presiden Julian A Pasha mengatakan kebijakan pemerintah terkait pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) mengerucut pada opsi satu harga.

"Mengerucut pada satu harga, bukan dua harga," kata Julian, di Kompleks Istana, Jakarta, Senin.