Pemerintah China beri "Orchid Award" kepada Dino Patti Djalal
9 September 2023 12:51 WIB
Presiden China International Communication Group (CICG) Du Zhanyuan memberikan penghargaan "Orchid Award" kepada mantan menteri luar negeri Indonesia Dino Patti Djalal di Beijing, China pada Jumat (8/9/2023). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)
Beijing (ANTARA) - Pemerintah China memberikan penghargaan "Orchid Award" kepada mantan juru bicara kepresidenan dan eks wakil menteri luar negeri Indonesia Dino Patti Djalal karena dinilai ikut mendorong hubungan antar warga kedua negara.
"Penghargaan 'Orchid Award' ini diberikan kepada orang-orang yang memberikan waktunya agar lebih banyak kesempatan saling belajar antar kebudayaan China dengan kebudayaan lain. Mereka adalah seniman, penerjemah, peneliti, pakar dan individu-individu yang yakin bahwa persahabatan yang murni dapat menjaga perdamaian lebih lama," kata anggota Politbiro PKC dan Kepala Departemen Publikasi PKC Li Shulei saat memberikan sambutan di Beijing, Jumat.
Pemberian penghargaan tersebut adalah yang pertama kalinya setelah Presiden China Xi Jinping pada 2022 mengatakan bahwa China ingin secara aktif melakukan "Global Civilization Initiative" dan memupuk saling pengertian antara masyarakat dari berbagai bangsa melalui pertukaran budaya.
"Sebagai masyarakat global, Presiden Xi Jinping menganjurkan agar menjaga keberagaman peradaban dengan menghormati perbedaan dan hidup dengan perbedaan itu. Rahasia budaya China terus terjaga juga karena dari generasi ke generasi terus memastikan budaya itu dapat terus hadir di tengah masyarakat," kata Li.
Sementara Dino Patti Djalal yang juga mendirikan organisasi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) mengatakan bahwa ia dan organisasinya selama ini aktif membangun komunikasi dari sisi "people to people".
"Memang penting untuk membangun rasa percaya (trust) antarpemerintah melalui hubungan diplomatik, tapi bila hanya ada 'trust' di atas tapi tidak ada 'trust' di kalangan masyarakat maka tidak seimbang dan malah bisa berbahaya, ini contoh yang terjadi antara Indonesia dan China," kata Dino.
Ia menyebut setelah dua dekade lebih pasca 1965 hubungan Indonesia dan China terputus maka masih banyak mispersepsi dari masyarakat Indonesia mengenai China.
"Memang 'public trust' belum 100 persen terbangun, tapi dapat dipastikan sudah membaik, apalagi saat ini dialog global makin menyempit. Banyak orang yang bisa saling bicara tapi tidak saling mendengar, jadi tidak menciptakan perdamaian karena tidak saling percaya," ungkap Dino.
Ia menyebut lembaganya menggunakan pendekatan "knock on the door" yaitu menghubungi para pakar, pelaku usaha, maupun pemengaruh dari berbagai negara untuk bisa saling berdialog.
"Kami menemukan bahwa ternyata mereka mengaku tidak pernah ada yang menghubungi mereka sebelumnya untuk bisa saling berdialog sehingga sebenarnya ruang untuk berdialog itu ada walau harus dicatat juga bahwa dialog itu tidak akan selalu membawa hasil positif tapi tetap harus terus dibangun," tambah Dino.
Penghargaan tersebut diberikan kepada 10 tokoh dengan tiga kategori yaitu "Lifetime Honorary Prize" kepada pengajar musik asal Amerika Serikat sekaligus pendiri Tianjin Juilliard School Joseph William Polisi, "Outstanding Achievement Prize" diberikan kepada sinolog asal Meksiko Flora Botton Beja, penerjemah senior asal Inggris David Ferguson serta mantan Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf.
Kategori terakhir adalah "Friendship Envoy Prize" yang diberikan kepada 6 orang yang dinilai ikut berkontribusi membangun relasi masyarakat termasuk Dino Patti Djalal dan sutradara film dokumenter asal Jepang Takeuchi Ryo.
Dalam budaya China, bunga anggrek (orchid) disebut sebagai bunga yang mulia sekaligus menunjukkan nilai integritas.
Lembaga "China International Communication Group selaku penyelenggara pemberian penghargaan menyebut anggrek melambangkan keanggunan, kesucian, dan akhlak mulia, sekaligus mewakili hidup berdampingan yang harmonis, dan bersahabat antara manusia dengan alam, serta antar manusia dengan manusia lainnya.
Baca juga: Dino Patti: Indonesia perlu strategi besar kebijakan luar negeri
Baca juga: Dino Patti Djalal: Indonesia harus bersiap kembangkan AI untuk militer
Baca juga: FPCI kembali gelar konferensi kebijakan luar negeri tahunan
"Penghargaan 'Orchid Award' ini diberikan kepada orang-orang yang memberikan waktunya agar lebih banyak kesempatan saling belajar antar kebudayaan China dengan kebudayaan lain. Mereka adalah seniman, penerjemah, peneliti, pakar dan individu-individu yang yakin bahwa persahabatan yang murni dapat menjaga perdamaian lebih lama," kata anggota Politbiro PKC dan Kepala Departemen Publikasi PKC Li Shulei saat memberikan sambutan di Beijing, Jumat.
Pemberian penghargaan tersebut adalah yang pertama kalinya setelah Presiden China Xi Jinping pada 2022 mengatakan bahwa China ingin secara aktif melakukan "Global Civilization Initiative" dan memupuk saling pengertian antara masyarakat dari berbagai bangsa melalui pertukaran budaya.
"Sebagai masyarakat global, Presiden Xi Jinping menganjurkan agar menjaga keberagaman peradaban dengan menghormati perbedaan dan hidup dengan perbedaan itu. Rahasia budaya China terus terjaga juga karena dari generasi ke generasi terus memastikan budaya itu dapat terus hadir di tengah masyarakat," kata Li.
Sementara Dino Patti Djalal yang juga mendirikan organisasi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) mengatakan bahwa ia dan organisasinya selama ini aktif membangun komunikasi dari sisi "people to people".
"Memang penting untuk membangun rasa percaya (trust) antarpemerintah melalui hubungan diplomatik, tapi bila hanya ada 'trust' di atas tapi tidak ada 'trust' di kalangan masyarakat maka tidak seimbang dan malah bisa berbahaya, ini contoh yang terjadi antara Indonesia dan China," kata Dino.
Ia menyebut setelah dua dekade lebih pasca 1965 hubungan Indonesia dan China terputus maka masih banyak mispersepsi dari masyarakat Indonesia mengenai China.
"Memang 'public trust' belum 100 persen terbangun, tapi dapat dipastikan sudah membaik, apalagi saat ini dialog global makin menyempit. Banyak orang yang bisa saling bicara tapi tidak saling mendengar, jadi tidak menciptakan perdamaian karena tidak saling percaya," ungkap Dino.
Ia menyebut lembaganya menggunakan pendekatan "knock on the door" yaitu menghubungi para pakar, pelaku usaha, maupun pemengaruh dari berbagai negara untuk bisa saling berdialog.
"Kami menemukan bahwa ternyata mereka mengaku tidak pernah ada yang menghubungi mereka sebelumnya untuk bisa saling berdialog sehingga sebenarnya ruang untuk berdialog itu ada walau harus dicatat juga bahwa dialog itu tidak akan selalu membawa hasil positif tapi tetap harus terus dibangun," tambah Dino.
Penghargaan tersebut diberikan kepada 10 tokoh dengan tiga kategori yaitu "Lifetime Honorary Prize" kepada pengajar musik asal Amerika Serikat sekaligus pendiri Tianjin Juilliard School Joseph William Polisi, "Outstanding Achievement Prize" diberikan kepada sinolog asal Meksiko Flora Botton Beja, penerjemah senior asal Inggris David Ferguson serta mantan Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf.
Kategori terakhir adalah "Friendship Envoy Prize" yang diberikan kepada 6 orang yang dinilai ikut berkontribusi membangun relasi masyarakat termasuk Dino Patti Djalal dan sutradara film dokumenter asal Jepang Takeuchi Ryo.
Dalam budaya China, bunga anggrek (orchid) disebut sebagai bunga yang mulia sekaligus menunjukkan nilai integritas.
Lembaga "China International Communication Group selaku penyelenggara pemberian penghargaan menyebut anggrek melambangkan keanggunan, kesucian, dan akhlak mulia, sekaligus mewakili hidup berdampingan yang harmonis, dan bersahabat antara manusia dengan alam, serta antar manusia dengan manusia lainnya.
Baca juga: Dino Patti: Indonesia perlu strategi besar kebijakan luar negeri
Baca juga: Dino Patti Djalal: Indonesia harus bersiap kembangkan AI untuk militer
Baca juga: FPCI kembali gelar konferensi kebijakan luar negeri tahunan
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023
Tags: