Kenaikan BBM sebaiknya satu harga
28 April 2013 20:15 WIB
ilustrasi Persiapan Kenaikan BBM, Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), BBM Subsidi Petugas memperkenalkan papan petunjuk saat ujicoba penerapan kebijakan subsidi dua harga di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Cikini, Jakarta, Jumat (26/4). (FOTO ANTARA/Dhoni Setiawan)
Pekanbaru (ANTARA News - Pakar ekonomi dari Universitas Andalas Riau Prof, Dr, Elfindri menyarankan pemerintah untuk segera menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi satu harga saja.
"Yang praktis kenaikan harga BBM bersubsidi satu harga saja, sebab akan mudah dilaksanakan dan akan besar pula dampaknya terhadap pengurangan defisit anggaran," katanya dihubungi dari Pekanbaru, Minggu.
Ia menanggapi itu terkait adanya pernyataan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya yang memastikan seluruh SPBU Pertamina sudah siap untuk melaksanakan dua harga bahan bakar minyak bersubsidi. Dan menurut Hanung semua persiapan tersebut telah rampung sejak Jumat, 26 April 2013.
Menurut guru besar Unand yang menelaah bidang studi ekonomi sumber daya manusia, ekonomi kesehatan serta ekonomi pendidikan itu, sebaliknya kebijakan dua harga justru akan masih mengakibatkan kelompok berkendaraan umum dan bermotor akan diuntungkan dalam pemilu.
Diuntungkan dalam Pemilu maskudnya, tak lain kebijakan itu hanya untuk menarik simpati masyarakat saja kalau mereka tetap menerima subsidi atas kebaikan pemerintah.
"Namun demikian, inflasinya juga akan tetap sama besar dan kompensasi yang diberikan juga demikian," katanya.
Ia memandang bahwa kenaikan harga BBM bisa menaikkan indeks harga umum dan dengan demikian pemerintah berupaya melakukan kompensasi untuk keluarga miskin.
Untuk program kompensasi bagi keluarga miskin tersebut, katanya, jauh lebih baik jika dibandingkan digunakan untuk program `food for work` atau `cash for work`.
"Kedua program trersebut adalah program yang mendorong orang bekerja, mislanya membersihkan bandar selokan, mengerjakan sawah, empang, mencat fasilitas publik kemudian diberi kompensasi upah kerja," katanya.(*)
"Yang praktis kenaikan harga BBM bersubsidi satu harga saja, sebab akan mudah dilaksanakan dan akan besar pula dampaknya terhadap pengurangan defisit anggaran," katanya dihubungi dari Pekanbaru, Minggu.
Ia menanggapi itu terkait adanya pernyataan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya yang memastikan seluruh SPBU Pertamina sudah siap untuk melaksanakan dua harga bahan bakar minyak bersubsidi. Dan menurut Hanung semua persiapan tersebut telah rampung sejak Jumat, 26 April 2013.
Menurut guru besar Unand yang menelaah bidang studi ekonomi sumber daya manusia, ekonomi kesehatan serta ekonomi pendidikan itu, sebaliknya kebijakan dua harga justru akan masih mengakibatkan kelompok berkendaraan umum dan bermotor akan diuntungkan dalam pemilu.
Diuntungkan dalam Pemilu maskudnya, tak lain kebijakan itu hanya untuk menarik simpati masyarakat saja kalau mereka tetap menerima subsidi atas kebaikan pemerintah.
"Namun demikian, inflasinya juga akan tetap sama besar dan kompensasi yang diberikan juga demikian," katanya.
Ia memandang bahwa kenaikan harga BBM bisa menaikkan indeks harga umum dan dengan demikian pemerintah berupaya melakukan kompensasi untuk keluarga miskin.
Untuk program kompensasi bagi keluarga miskin tersebut, katanya, jauh lebih baik jika dibandingkan digunakan untuk program `food for work` atau `cash for work`.
"Kedua program trersebut adalah program yang mendorong orang bekerja, mislanya membersihkan bandar selokan, mengerjakan sawah, empang, mencat fasilitas publik kemudian diberi kompensasi upah kerja," katanya.(*)
Pewarta: Frislidia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: