Ekonom nilai kebijakan DHE dapat sumbang cadev hingga 15 M dolar AS
7 September 2023 17:44 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kiri) memberikan keterangan disaksikan Menkeu Sri Mulyani (kiri), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kanan), dan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kanan) saat konferensi pers Peraturan Pemerintah (PP) nomor 36 tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) di Jakarta. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/tom/pri.)
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman menilai Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) berpotensi untuk menyumbang 12-15 miliar dolar AS terhadap cadangan devisa (cadev) Indonesia pada periode Agustus-Desember 2023.
“Kami memperkirakan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 dapat memberikan kontribusi total sekitar 12-15 miliar dolar AS terhadap cadangan devisa selama periode Agustus-Desember 2023, sehingga dapat mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah,” kata Faisal di Jakarta, Kamis.
Sejak diterapkannya kebijakan DHE SDA tersebut, Faisal mencatatkan adanya peningkatan volume transaksi deposito operasi pasar terbuka (OMO) dalam mata uang asing sebesar 535 juta dolar AS pada Agustus 2023. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan rata-rata transaksi pada periode Maret-Juli 2023 yang tercatat senilai 228,45 juta dolar AS.
Selain itu, juga terjadi pergeseran tenor deposito dari yang semula rata-rata berdurasi satu bulan, menjadi tiga bulan. Perkembangan itu dinilai berpotensi memberikan manfaat dalam menstabilkan nilai tukar Rupiah ke depannya, di tengah masih tingginya risiko pasar keuangan global.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) merilis laporan posisi cadev Indonesia pada akhir Agustus 2023 yang tercatat sebesar 137,1 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar 137,7 miliar dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta menyampaikan penurunan posisi cadev tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadev setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. BI menilai cadev tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Faisal menjelaskan, sepanjang Agustus 2023, Indonesia tengah berada di bawah tekanan dari pasar keuangan global. Tren inflasi yang terus-menerus pada skala global turut memberikan pengaruh pada bank-bank sentral sehingga mendorong sektor perbankan untuk mempertahankan suku bunga di angka yang tergolong tinggi.
"Hal itu menimbulkan peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah dan pasar portofolio," jelasnya.
Namun di tengah tekanan pasar keuangan global, Faisal memproyeksikan cadev Indonesia akan tetap berada pada tingkat yang aman, dengan perkiraan antara 135-150 miliar dolar AS pada akhir 2023.
"Potensi cadev tersebut akan memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Perkiraan kami menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah kemungkinan akan berada pada kisaran Rp14.864 per dolar AS pada akhir tahun 2023," ucapnya.
Baca juga: BI terbitkan aturan baru soal implementasi PP 36/2023 tentang DHE SDA
Baca juga: Pemerintah berlakukan aturan DHE SDA guna jaga ketahanan ekonomi
“Kami memperkirakan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 dapat memberikan kontribusi total sekitar 12-15 miliar dolar AS terhadap cadangan devisa selama periode Agustus-Desember 2023, sehingga dapat mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah,” kata Faisal di Jakarta, Kamis.
Sejak diterapkannya kebijakan DHE SDA tersebut, Faisal mencatatkan adanya peningkatan volume transaksi deposito operasi pasar terbuka (OMO) dalam mata uang asing sebesar 535 juta dolar AS pada Agustus 2023. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan rata-rata transaksi pada periode Maret-Juli 2023 yang tercatat senilai 228,45 juta dolar AS.
Selain itu, juga terjadi pergeseran tenor deposito dari yang semula rata-rata berdurasi satu bulan, menjadi tiga bulan. Perkembangan itu dinilai berpotensi memberikan manfaat dalam menstabilkan nilai tukar Rupiah ke depannya, di tengah masih tingginya risiko pasar keuangan global.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) merilis laporan posisi cadev Indonesia pada akhir Agustus 2023 yang tercatat sebesar 137,1 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar 137,7 miliar dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta menyampaikan penurunan posisi cadev tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadev setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. BI menilai cadev tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Faisal menjelaskan, sepanjang Agustus 2023, Indonesia tengah berada di bawah tekanan dari pasar keuangan global. Tren inflasi yang terus-menerus pada skala global turut memberikan pengaruh pada bank-bank sentral sehingga mendorong sektor perbankan untuk mempertahankan suku bunga di angka yang tergolong tinggi.
"Hal itu menimbulkan peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah dan pasar portofolio," jelasnya.
Namun di tengah tekanan pasar keuangan global, Faisal memproyeksikan cadev Indonesia akan tetap berada pada tingkat yang aman, dengan perkiraan antara 135-150 miliar dolar AS pada akhir 2023.
"Potensi cadev tersebut akan memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Perkiraan kami menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah kemungkinan akan berada pada kisaran Rp14.864 per dolar AS pada akhir tahun 2023," ucapnya.
Baca juga: BI terbitkan aturan baru soal implementasi PP 36/2023 tentang DHE SDA
Baca juga: Pemerintah berlakukan aturan DHE SDA guna jaga ketahanan ekonomi
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023
Tags: