Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan insentif dan intervensi kebijakan dapat membantu mewujudkan transisi ke ekonomi rendah karbon.

"Saya pikir insentif dan intervensi kebijakan adalah suatu keharusan jika kita ingin melihat transisi ke ekonomi rendah karbon dan ekonomi berkelanjutan," kata Alexandra dalam ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023 di Jakarta, Rabu.

Alexandra menyakini mekanisme penghargaan karbon yang tepat akan menjadi pendorong utama untuk menciptakan lebih banyak pembiayaan hijau karena semua orang akan terdorong untuk menerapkan investasi hijau.

"Saya percaya insentif dan kebijakan adalah hal yang kita perlukan dan kita juga bisa mengadopsi dari apa yang telah diterapkan secara internasional terutama dari negara-negara Asean," tuturnya.

Sebagai lembaga keuangan, peran Bank Mandiri tidak terbatas pada upaya menciptakan pembiayaan hijau namun juga untuk dapat mengintegrasikan environment, social, and good governance (ESG) dan keberlanjutan ke dalam bisnis dan kegiatan operasional sehari-hari serta dapat mendampingi dan membantu klien dalam perjalanan transisi hijau mereka.

Bank Mandiri mencatat portofolio kredit hijau sebesar Rp115 triliun per Juni 2023 atau setara dengan 11,7 persen dari total portofolio kredit bank itu yang mencapai Rp242 triliun.

Untuk memastikan ketersediaan likuiditas dalam mendukung pembiayaan hijau, Bank Mandiri juga membuat inisiatif untuk memiliki pendanaan hijau, dengan menerbitkan obligasi keberlanjutan pada 2021, dan telah menerbitkan green bond dengan total nilai Rp5 triliun.

Baca juga: Bank Mandiri targetkan rasio pembiayaan berkelanjutan capai 25 persen
Baca juga: Bank Mandiri akan mengurangi pembiayaan ke sektor non ramah lingkungan