Sugeng menyebut penyemprotan eko-enzim ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi udara di Ibu Kota yang berfungsi sebagai bioremediasi. Bioremediasi sendiri merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
"Remediasi menggunakan bakteri. Bakteri ini nanti akan berkembang biak memakan polutan-polutan itu dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang tidak beracun dan tidak berbahaya bagi manusia," jelas Sugeng.
Lebih lanjut, Sugeng mengatakan pertemuannya dengan Pj Gubernur Heru berjalan lancar. Dalam waktu dekat, kata Sugeng, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mengundang beberapa pemangku kepentingan (stakeholder) terkait untuk membicarakan inovasi tersebut.
Pemangku kepentingan tersebut seperti Perumda Pasar Jaya, wali kota, dan kelurahan. Hal itu karena inovasi tersebut memanfaatkan sampah organik sebagai bahan utama.
Sugeng berharap, eko-enzim yang terbuat dari sampah sisa kulit buah itu nantinya dapat diterapkan di DKI Jakarta. Selain dapat mengurangi polusi udara, eko-enzim tersebut juga dapat mengurangi sampah organik.Pemangku kepentingan tersebut seperti Perumda Pasar Jaya, wali kota, dan kelurahan. Hal itu karena inovasi tersebut memanfaatkan sampah organik sebagai bahan utama.
"Jadi nanti kita pasok eko-enzim nya dari komunitas kami. Tapi kedepannya kami meminta seluruh masyarakat untuk membuat sendiri. Jadi nanti mengurangi limbah organik yang tadinya 65 persen untuk tidak perlu datang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA)," ucap Sugeng.
Baca juga: Gedung Pemkot Jaksel dipasang "water mist" guna kurangi polusi udara
Baca juga: DKI: Perusahaan swasta koordinasi ke BRIN soal pasang alat pengabut
Baca juga: DKI perluas jangkauan layanan uji emisi demi sehatkan udara