Dolar bertahan di Asia di tengah kekhawatiran pertumbuhan, yen rapuh
6 September 2023 14:21 WIB
Ilustrasi - Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika Serikat di salah satu gerai penukaran valuta asing, di Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/aa
Singapura (ANTARA) - Dolar Amerika Serikat (AS) bertahan mendekati level tertingginya dalam enam bulan di sesi Asia pada Rabu sore, karena kegelisahan atas China dan pertumbuhan global membebani selera risiko.
Sementara yen mendekati level terendah dalam 10 bulan, menarik peringatan terkuat sejak pertengahan Agustus dari diplomat mata uang utama Jepang.
Yen menguat 0,19 persen menjadi 147,42 per dolar AS pada jam Asia sore, namun mendekati 147,82, terendah sejak 4 November yang dicapai pada awal sesi. Mata uang Asia itu telah berada di sekitar level kunci 145 per dolar AS selama beberapa minggu terakhir, menyebabkan para pedagang mewaspadai tanda-tanda intervensi Tokyo.
“Kami tidak akan mengesampingkan opsi apa pun jika pergerakan spekulatif terus berlanjut,” kata diplomat mata uang terkemuka Jepang Masato Kanda kepada wartawan pada Rabu.
Kanda, Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasional, telah menjadi tokoh sentral dalam upaya negara tersebut untuk membendung penurunan tajam yen sejak tahun lalu.
“Komentar tersebut merupakan peringatan bahwa intervensi akan terjadi,” kata Chris Weston, Kepala Penelitian di Pepperstone. Namun, dia mengatakan komentar tersebut tidak mungkin menghentikan penurunan yen.
Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang tahun lalu pada September ketika dolar AS naik melewati 145 yen, mendorong Kementerian Keuangan untuk membeli yen dan mendorong nilai tukar kembali ke sekitar 140 yen.
“Kita mungkin akan melihat lebih banyak intervensi verbal jika pergerakan yen dianggap sepihak dan berlebihan,” kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC di Singapura.
Terhadap sejumlah mata uang, dolar AS berada di 104,69, tidak jauh dari level tertinggi enam bulan di 104,90 yang dicapai semalam. Data ekonomi dari China dan Eropa pada Selasa (5/9), menimbulkan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan global, sehingga mendorong investor berebut dolar AS.
“Kekuatan dolar masih menjadi faktor dominan,” kata Wong dari OCBC. Suku bunga yang tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dan ketahanan pertumbuhan AS yang relatif merupakan faktor-faktor yang terus mendukung dolar, menurut Wong.
Yuan China jatuh ke level terendah dalam 10 bulan terhadap dolar AS sebelum mengurangi beberapa kerugian pada Rabu, karena bank-bank pemerintah turun tangan untuk menawarkan dukungan guna mencegah mata uang lokal tenggelam lebih jauh.
Data dari zona euro dan Inggris pada Selasa (5/9), menunjukkan penurunan aktivitas bisnis pada bulan lalu, sementara survei sektor swasta menunjukkan aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan pada Agustus.
Euro naik 0,13 persen menjadi 1,0736 dolar AS pada jam Asia, setelah menembus level terendah tiga bulan di 1,0705 dolar AS semalam. Sterling terakhir berada di 1,25725 dolar AS, naik 0,07 persen hari ini. Sterling juga menyentuh level terendah tiga bulan di 1,25285 dolar AS.
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan pada Selasa (5/9) bahwa data ekonomi terbaru memberikan ruang bagi Bank Sentral AS untuk melihat apakah mereka perlu menaikkan suku bunga lagi dan dia tidak melihat adanya hal yang akan memaksa tindakan untuk meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek lagi.
Pasar memperkirakan 93 persen peluang The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada akhir bulan ini dan 55 persen peluang tidak adanya kenaikan lagi tahun ini, menurut alat CME FedWatch.
Dolar Australia sedikit berubah pada 0,63795 dolar AS, setelah turun 1,3 persen sehari sebelumnya menyusul data lemah dari China.
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah kekhawatiran pertumbuhan global
Baca juga: Dolar naik di awal Asia di tengah kekhawatiran pertumbuhan, yen jatuh
Sementara yen mendekati level terendah dalam 10 bulan, menarik peringatan terkuat sejak pertengahan Agustus dari diplomat mata uang utama Jepang.
Yen menguat 0,19 persen menjadi 147,42 per dolar AS pada jam Asia sore, namun mendekati 147,82, terendah sejak 4 November yang dicapai pada awal sesi. Mata uang Asia itu telah berada di sekitar level kunci 145 per dolar AS selama beberapa minggu terakhir, menyebabkan para pedagang mewaspadai tanda-tanda intervensi Tokyo.
“Kami tidak akan mengesampingkan opsi apa pun jika pergerakan spekulatif terus berlanjut,” kata diplomat mata uang terkemuka Jepang Masato Kanda kepada wartawan pada Rabu.
Kanda, Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasional, telah menjadi tokoh sentral dalam upaya negara tersebut untuk membendung penurunan tajam yen sejak tahun lalu.
“Komentar tersebut merupakan peringatan bahwa intervensi akan terjadi,” kata Chris Weston, Kepala Penelitian di Pepperstone. Namun, dia mengatakan komentar tersebut tidak mungkin menghentikan penurunan yen.
Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang tahun lalu pada September ketika dolar AS naik melewati 145 yen, mendorong Kementerian Keuangan untuk membeli yen dan mendorong nilai tukar kembali ke sekitar 140 yen.
“Kita mungkin akan melihat lebih banyak intervensi verbal jika pergerakan yen dianggap sepihak dan berlebihan,” kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC di Singapura.
Terhadap sejumlah mata uang, dolar AS berada di 104,69, tidak jauh dari level tertinggi enam bulan di 104,90 yang dicapai semalam. Data ekonomi dari China dan Eropa pada Selasa (5/9), menimbulkan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan global, sehingga mendorong investor berebut dolar AS.
“Kekuatan dolar masih menjadi faktor dominan,” kata Wong dari OCBC. Suku bunga yang tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dan ketahanan pertumbuhan AS yang relatif merupakan faktor-faktor yang terus mendukung dolar, menurut Wong.
Yuan China jatuh ke level terendah dalam 10 bulan terhadap dolar AS sebelum mengurangi beberapa kerugian pada Rabu, karena bank-bank pemerintah turun tangan untuk menawarkan dukungan guna mencegah mata uang lokal tenggelam lebih jauh.
Data dari zona euro dan Inggris pada Selasa (5/9), menunjukkan penurunan aktivitas bisnis pada bulan lalu, sementara survei sektor swasta menunjukkan aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan pada Agustus.
Euro naik 0,13 persen menjadi 1,0736 dolar AS pada jam Asia, setelah menembus level terendah tiga bulan di 1,0705 dolar AS semalam. Sterling terakhir berada di 1,25725 dolar AS, naik 0,07 persen hari ini. Sterling juga menyentuh level terendah tiga bulan di 1,25285 dolar AS.
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan pada Selasa (5/9) bahwa data ekonomi terbaru memberikan ruang bagi Bank Sentral AS untuk melihat apakah mereka perlu menaikkan suku bunga lagi dan dia tidak melihat adanya hal yang akan memaksa tindakan untuk meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek lagi.
Pasar memperkirakan 93 persen peluang The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada akhir bulan ini dan 55 persen peluang tidak adanya kenaikan lagi tahun ini, menurut alat CME FedWatch.
Dolar Australia sedikit berubah pada 0,63795 dolar AS, setelah turun 1,3 persen sehari sebelumnya menyusul data lemah dari China.
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah kekhawatiran pertumbuhan global
Baca juga: Dolar naik di awal Asia di tengah kekhawatiran pertumbuhan, yen jatuh
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: