Jakarta (ANTARA News) - Pengiklan di situs dalam jaringan (online) masih mempunyai celah untuk bersaing dengan layanan dan konten berbayar seperti Wikipedia dan WhatsApp karena pengguna masih memaklumi suguhan iklan-iklan yang terarah.
"Situs-situs Internet mendapatkan penghasilan dari iklan dan non-iklan dengan layanan berbayar. Tapi, penelitian di luar negeri menyebutkan pengguna Internet masih memaklumi iklan-iklan yang terarah atau ditargetkan sesuai konten situs," kata Senior Business Development PT Digitraffic Indonesia, Arend Nurtani, di Jakarta, Kamis.
Meskipun menggunakanan iklan yang ditargetkan sesuai konten, lanjut Arend, para pengiklan juga tidak dapat menempatkan semua melalui Google Adsense tanpa diikuti etika.
"Iklan-iklan online itu bukan untuk menipu dan bukan termasuk iklan rokok atau judi," kata Arend.
Konsultan perusahaan agen iklan online itu mengatakan periklan di Google Adsense dapat dipakai untuk menyerang merek tertentu yang sudah memimpin pasar ataupun melindungi merek sendiri dari serangan merek lain.
"Usaha kecil dan menengah lebih menyukai iklan online karena biayanya lebih terjangkau dengan dampak yang dapat dirasakan," kata Arend.
Pengusaha kecil dan menengah yang mempercayakan layanan periklanan melalui Digitraffic, menurut Arend, mempunyai alokasi biaya iklan antara Rp3 juta hingga Rp30 juta per bulan.
(I026)
Pengguna masih maklumi iklan online terarah
25 April 2013 17:37 WIB
Ilustrasi: Google, penyedia layanan iklan online terbesar dunia. (istimewa)
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: