Jakarta (ANTARA News) - Mari Pangestu, perempuan teknokrat yang kemudian menjadi menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, akan melaju ke kursi puncak kepemimpinan WTO. Dia beroleh dukungan dari banyak negara, yang terkini diutarakan dari media massa Senegal.

Direktur Televisi Lembaga Penyiaran Televisi dan Radio Milik Pemerintah Senegal (RTS), Seynabou Diop, dalam kunjungannya ke Kantor Berita ANTARA, di Jakarta, Kamis, berpendapat Pangestu memenuhi kriteria menjadi direktur jenderal WTO, menggantikan Pascal Lamy dari Prancis.


"Menurut saya, selain dia adalah satu-satunya kandidat perempuan dalam pencalonan sebagai sekretaris jenderal WTO tahun ini, Pangestu memenuhi kriteria dan memiliki kemampuan menduduki jabatan tersebut," kata Diop.

Pada awalnya, Diop mengatakan, Senegal cenderung mendukung dua calon dari Afrika dengan alasan memiliki kepentingan dan berasal dari benua yang sama, yakni Ghana dan Kenya. Wakil dari Ghana, Alan John Kwadwo Kyerematen, dan wakil Kenya, Amina Mohamed, termasuk sembilan calon dalam pemilihan putaran pertama.

Namun, lanjut Diop, Senegal berubah pikiran saat panitia WTO telah mengerucutkan kompetisi menjadi lima nominator, yakni dari Indonesia (Mari Pangestu), Meksiko (Herminio Blanco Mendoza), Brazil (Roberto Azevedo), Selandia Baru (Tim Grosser), dan Korea Selatan (Taeho Bark).

"Indonesia dan Senegal sama-sama negara berkembang yang memiliki kepentingan untuk membangun negaranya masing-masing. Oleh karena itu, saya pikir jika Pangestu terpilih, dia akan memiliki posisi bagus membela kepentingan kita sebagai negara berkembang," kata dia.

Berdasarkan alasan tersebut, Diop meyakinkan, Senegal memiliki kesan sangat baik terhadap pencalonan Pangestu dan percaya dia akan berjuang demi kemajuan negara-negara berkembang.

"Kami mengandalkan Pangestu membawa kepentingan kami sebagai salah satu negara berkembang di WTO. Karena itu, Senegal mendukung Pangestu sebagai direktur jenderal WTO," kata dia.

Sebagai seorang pekerja media, Diop telah berkesempatan mewawancarai langsung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Pangestu, dalam kunjungannya ke Senegal pada awal April 2013.

Pada kesempatan itu, Diop mengaku terkesan pada visinya yang ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan melindungi hak-hak kaum miskin, terutama petani di pedesaan di negara-negara berkembang.

"Sebagai seorang perempuan, saya secara pribadi ingin mendukungnya karena sesama perempuan harus saling membantu. Terlebih lagi, Pangestu memiliki kemampuan untuk menduduki posisi sebagai direktur jenderal WTO," katanya.

(A060/R010)