Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi.,berpendapat anak akan paham tentang empati jika dia juga diperlakukan secara empatik yaitu lingkungan mau memahami apa yang dia rasakan.

"Misalnya ketika anak tidak suka makan sayur, dipahami kalau buat dia sayur rasanya tidak enak lalu bantu diberi pengarahan kenapa harus makan sayur," kata dia melalui surat elektroniknya kepada ANTARA, Selasa.

Vera yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia itu mengatakan empati adalah memahami apa yang dirasakan orang lain. Menurut dia, apabila seseorang termasuk anak merasa perasaannya dipahami maka dia juga nantinya akan menerapkan hal yang sama pada orang lain.

Baca juga: Psikolog: Orang tua harus edukasi anak agar miliki empati

Berbicara upaya yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan empati anak antara lain dengan melatihnya untuk berbagi, menghormati kepentingan orang lain misalnya dengan antre serta tidak merebut milik orang lain atau bergiliran.

Vera menekankan, anak belajar dari contoh. Dalam hal ini, orangtua dapat mencontohkan saja bagaimana berbagi dengan orang lain yang membutuhkan.

"Bisa dilakukan dalam keseharian misalnya membelikan makanan yang sama buat keluarga termasuk asisten rumah tangga di rumah atau memanfaatkan momen khusus seperti Jumat berkah atau mengumpulkan sampah daur ulang untuk diberikan ke pemulung yang ditemui di jalan," demikian jelas dia.

Baca juga: Kemampuan empati dan sosialisasi anak perlu diasah di era digital

Menurut para pakar psikologi, anak yang memiliki empati ditandai dengan dia memahami orang lain yang mungkin memiliki perasaan dan sudut pandang berbeda dari dirinya, dapat mengenali perasaan dalam dirinya dan orang lain, dapat mengatur respons emosionalnya sendiri, bisa menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan membayangkan bagaimana perasaan seseorang serta membayangkan tindakan atau respons seperti apa yang mungkin bisa membantu seseorang merasa lebih baik.

Empati biasanya dibentuk oleh berbagai faktor termasuk genetika dan lingkungan sehingga tidak muncul begitu saja dalam diri anak-anak.

Baca juga: Ajarkan empati pada anak lewat bermain dan berbagi