Singapura (ANTARA) - Saham Asia melemah pada awal perdagangan Selasa, karena sorotan tetap tertuju pada China dan upayanya untuk menstabilkan perekonomiannya yang terpuruk pascapandemi, sementara para pedagang menunggu hasil pertemuan kebijakan Reserve Bank of Australia (RBA).

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,75 persen menjadi 511,14, menjauh dari 515,37, level tertinggi sejak 11 Agustus yang dicapai pada Senin (4/9).

Saham-saham China mencatat hari terbaiknya dalam lebih dari sebulan pada Senin (4/9), didukung oleh langkah-langkah baru untuk membantu meningkatkan perekonomian yang sedang melemah. Pada Selasa, Indeks CSI 300 unggulan China turun 0,40 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir 0,88 persen, mengembalikan sebagian kenaikannya.

Sebuah survei sektor swasta pada Selasa menunjukkan bahwa aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan pada Agustus, karena lemahnya permintaan terus membebani perekonomian terbesar kedua di dunia dan stimulus gagal menghidupkan kembali konsumsi secara berarti.

“Pelemahan PMI jasa-jasa Caixin China telah mengimbangi beberapa perubahan sentimen yang kita alami kemarin,” kata Charu Chanana, ahli strategi pasar di Saxo di Singapura.

Investor berharap bahwa stimulus kebijakan dari Beijing akan cukup untuk menstabilkan perekonomian China.

“Sejujurnya, langkah-langkah China sejauh ini hanyalah pelonggaran peraturan berlebihan yang hanya dapat menghentikan atau memperlambat kerusakan lebih lanjut, dan bukan tindakan stimulus yang dapat membalikkan dampak buruk tersebut,” kata Chanana.

“Pertentangan antara data frekuensi tinggi yang lemah dan tindakan kebijakan kemungkinan akan terus berlanjut,” katanya lagi.

Fokus investor juga akan tertuju pada pengembang properti swasta terbesar China, Country Garden. Perusahaan menghadapi tenggat waktu untuk melakukan pembayaran bunga pada dua obligasi dolar AS pada Selasa, beberapa hari setelah menghindari gagal bayar utang dalam negeri dengan kesepakatan perpanjangan pembayaran pada menit-menit terakhir.

Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,62 persen menjelang keputusan kebijakan dari bank sentral negara tersebut. RBA diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, menurut jajak pendapat para ekonom Reuters.

Dengan penurunan inflasi baru-baru ini dan sedikit peningkatan pengangguran di Australia, semua kecuali dua dari 36 ekonom yang disurvei oleh Reuters mengatakan RBA akan mempertahankan suku bunga resminya sebesar 4,10 persen, sejalan dengan perkiraan suku bunga berjangka.

Namun sebagian besar ekonom memperkirakan kenaikan terakhir sebelum akhir tahun.

“Meskipun ada peluang kenaikan suku bunga lainnya dan hampir pasti akan terjadi pada akhirnya telah berkurang, kami tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga lagi sebelum akhir tahun,” kata ekonom ING dalam sebuah catatan.

Dolar Australia turun 0,11 persen menjadi 0,645 dolar AS.

Pasar AS tutup pada Senin (4/9), menyebabkan volume perdagangan sedikit. Meskipun kalender ekonomi di kawasan ini sepi, beberapa pejabat Federal Reserve akan menyampaikan pidatonya minggu ini.

Data pada Jumat (1/9) menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS meningkat pada Agustus, namun tingkat pengangguran melonjak menjadi 3,8 persen, sementara kenaikan upah moderat. Retakan kecil di pasar tenaga kerja semakin memperkuat ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan akan berhenti menaikkan suku bunganya.

Pasar memperkirakan 93 persen peluang The Fed mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada akhir bulan ini, alat CME FedWatch menunjukkan, dan memperkirakan sekitar 60 persen peluang tidak adanya kenaikan suku bunga lagi di tahun ini.

Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan bank sentral harus menetapkan ekspektasi inflasi pada target mereka pada saat perubahan di pasar tenaga kerja dan energi serta gejolak geopolitik menyebabkan perubahan harga.

“Sangat penting bagi bank sentral untuk menjaga ekspektasi inflasi tetap kuat sementara perubahan harga relatif ini terjadi,” kata Lagarde dalam sebuah acara di London pada hari Senin.

Pasar sekarang bersandar pada kenaikan suku bunga pada pertemuan September setelah serangkaian data lemah.

Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang rivalnya, turun 0,019 persen, dengan euro turun 0,03 persen menjadi 1,0791 dolar AS.

Yen Jepang melemah 0,03 persen menjadi 146,53 per dolar AS, masih pada level yang menyebabkan intervensi otoritas Jepang pada tahun lalu.
Baca juga: Saham Asia dibuka naik didukung stimulus China, harapan suku bunga AS
Baca juga: Saham Asia menguat didorong harapan stimulus China dan suku bunga AS