Menperin: IKI lebih relevan dan akurat gambarkan kondisi industri RI
4 September 2023 20:15 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan kunjungan dan memberikan kuliah umum di Universitas Andalas, Padang, Senin (4/9/2023). (ANTARA/HO Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa Indeks Kepercayaan Industri (IKI) lebih relevan dan akurat memotret kondisi industri di Indonesia.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah dan kalangan akademisi, bisa memanfaatkan IKI untuk mengukur kinerja serta optimisme industri di wilayah masing-masing.
“Saya mengajak para akademisi dan mahasiswa untuk menggunakan indikator-indikator pengukuran yang dibuat oleh pemerintah, karena lebih sesuai dengan kondisi di dalam negeri dan lebih akurat karena menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dari industri nasional,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Menperin menyampaikan ajakan tersebut dalam kunjungan dan kuliah umum di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Senin.
Dalam kesempatan itu, Menperin menjelaskan, sejak diluncurkan pada November 2022 lalu, IKI digunakan untuk memenuhi kebutuhan diagnosis kinerja industri yang lebih menyeluruh. Pasalnya, indikator-indikator yang sebelumnya digunakan belum memberikan data sektor industri yang mendetail.
“IKI memiliki dua keunggulan, yaitu responden dalam jumlah yang jauh lebih besar bila dibanding indikator lainnya, berkisar antara 6.000 hingga 8.000 perusahaan. Kedua, responden IKI mewakili 23 subsektor industri manufaktur sehingga datanya lebih proporsional, komprehensif, dan detail,” jelas Agus Gumiwang.
Sejak pertama kali dirilis, IKI juga terus konsisten berada pada titik di atas 50, yang berarti industri sedang ekspansif, yang juga menunjukkan optimisme dari pelaku usaha terhadap perkembangan industri nasional.
Menperin menjelaskan bahwa IKI memiliki berbagai manfaat dalam pembangunan industri, yakni sebagai indikator penilaian industri yang terpercaya, mendiagnosis lebih awal permasalahan hingga ke subsektor industri, mengantisipasi terjadinya kerugian lebih besar apabila terjadi permasalahan pada industri, hingga dapat menggambarkan iklim usaha industri sehingga prospek bisnis di semester mendatang dapat diketahui.
Sementara itu, Juru Bicara Kemenperin sekaligus Staf Khusus Menteri Bidang Hukum dan Pengawasan Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan, IKI merupakan referensi untuk mengetahui kinerja industri manufaktur Indonesia.
Akademisi dan para mahasiswa dapat menggunakannya sebagai referensi dan menyandingkannya dengan data PDB dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan adanya data dari 23 subsektor, performa industri manufaktur dapat terlihat dengan lebih detail.
“Sebelumnya, para investor memantau kinerja sektor manufaktur dengan menggunakan indikator lain, seperti Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur. Kemenperin membangun IKI agar mendapatkan indikator yang lebih detail,” terang Febri.
IKI sendiri terdiri dari tiga variabel penyusun, yaitu pesanan baru, produksi, dan persediaan produk. Febri menjelaskan, IKI juga dapat menjadi referensi terkait kondisi sektor industri, termasuk mengenai SDM industri.
“Misalnya, bila salah satu subsektor sedang ekspansi maupun kontraksi, hal ini berhubungan dengan peningkatan serapan tenaga kerja,” kata Febri.
Baca juga: Indeks Kepercayaan Industri Agustus 2023 melandai ke level 53,22
Baca juga: Menperin: IKI untuk mengukur kinerja industri manufaktur di daerah
Baca juga: PMI manufaktur Indonesia menguat ke level 53,9 pada Agustus 2023
Baca juga: Kemenkeu: Ekspansi manufaktur RI diikuti pembukaan lapangan kerja
Oleh karena itu, ia mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah dan kalangan akademisi, bisa memanfaatkan IKI untuk mengukur kinerja serta optimisme industri di wilayah masing-masing.
“Saya mengajak para akademisi dan mahasiswa untuk menggunakan indikator-indikator pengukuran yang dibuat oleh pemerintah, karena lebih sesuai dengan kondisi di dalam negeri dan lebih akurat karena menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dari industri nasional,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Menperin menyampaikan ajakan tersebut dalam kunjungan dan kuliah umum di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Senin.
Dalam kesempatan itu, Menperin menjelaskan, sejak diluncurkan pada November 2022 lalu, IKI digunakan untuk memenuhi kebutuhan diagnosis kinerja industri yang lebih menyeluruh. Pasalnya, indikator-indikator yang sebelumnya digunakan belum memberikan data sektor industri yang mendetail.
“IKI memiliki dua keunggulan, yaitu responden dalam jumlah yang jauh lebih besar bila dibanding indikator lainnya, berkisar antara 6.000 hingga 8.000 perusahaan. Kedua, responden IKI mewakili 23 subsektor industri manufaktur sehingga datanya lebih proporsional, komprehensif, dan detail,” jelas Agus Gumiwang.
Sejak pertama kali dirilis, IKI juga terus konsisten berada pada titik di atas 50, yang berarti industri sedang ekspansif, yang juga menunjukkan optimisme dari pelaku usaha terhadap perkembangan industri nasional.
Menperin menjelaskan bahwa IKI memiliki berbagai manfaat dalam pembangunan industri, yakni sebagai indikator penilaian industri yang terpercaya, mendiagnosis lebih awal permasalahan hingga ke subsektor industri, mengantisipasi terjadinya kerugian lebih besar apabila terjadi permasalahan pada industri, hingga dapat menggambarkan iklim usaha industri sehingga prospek bisnis di semester mendatang dapat diketahui.
Sementara itu, Juru Bicara Kemenperin sekaligus Staf Khusus Menteri Bidang Hukum dan Pengawasan Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan, IKI merupakan referensi untuk mengetahui kinerja industri manufaktur Indonesia.
Akademisi dan para mahasiswa dapat menggunakannya sebagai referensi dan menyandingkannya dengan data PDB dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan adanya data dari 23 subsektor, performa industri manufaktur dapat terlihat dengan lebih detail.
“Sebelumnya, para investor memantau kinerja sektor manufaktur dengan menggunakan indikator lain, seperti Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur. Kemenperin membangun IKI agar mendapatkan indikator yang lebih detail,” terang Febri.
IKI sendiri terdiri dari tiga variabel penyusun, yaitu pesanan baru, produksi, dan persediaan produk. Febri menjelaskan, IKI juga dapat menjadi referensi terkait kondisi sektor industri, termasuk mengenai SDM industri.
“Misalnya, bila salah satu subsektor sedang ekspansi maupun kontraksi, hal ini berhubungan dengan peningkatan serapan tenaga kerja,” kata Febri.
Baca juga: Indeks Kepercayaan Industri Agustus 2023 melandai ke level 53,22
Baca juga: Menperin: IKI untuk mengukur kinerja industri manufaktur di daerah
Baca juga: PMI manufaktur Indonesia menguat ke level 53,9 pada Agustus 2023
Baca juga: Kemenkeu: Ekspansi manufaktur RI diikuti pembukaan lapangan kerja
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: