Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat mengimbau kalangan lanjut usia (lansia) tidak beraktivitas di luar ruang untuk mengurangi dampak polusi udara.

Kepala Sudin Kesehatan Jakbar, Erizon Safari meminta agar lansia yang tidak memiliki urusan mendesak di luar rumah disarankan tidak berpergian untuk mengantisipasi dampak polusi, terlebih lansia rentan terpapar infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

"Untuk lansia sebaiknya tetap di dalam rumah, karena mereka lebih rentan terpapar (ISPA)," kata Erizon saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Mengenai fluktuasi perkembangan kasus ISPA di Jakarta Barat, ia menyebut tidak ada peningkatan yang signifikan.

"Fluktuasi (kasus ISPA), tidak ada peningkatan yang signifikan ya. Tapi itu data hasil rekapitulasi puskesmas dan RSUD, sementara dari klinik, rumah sakit swasta dan yang tidak memeriksa ke fasilitas kesehatan tidak masuk ke kami datanya," ungkap Erizon.

"Laporan bulanan sampai akhir Juli enggak ada perbedaan signifikan (kasus ISPA), dengan bulan-bulan sebelumnya," kata Erizon.

Ia merinci total ada 9.709 kasus ISPA mulai dari usia 5-di atas 60 tahun yang tercatat Sudin Kesehatan Jakarta Barat.

Rinciannya, lanjut Erizon, 1.615 kasus ISPA pada Januari 2023, 1.518 kasus pada Februari 2023, 1.831 kasus pada Maret 2023, dan 1.237 kasus ISPA pada April 2023.

"Lalu Mei 1.095 kasus, Juni 1.311 kasus, dan Juli 1.102 kasus," kata Erizon.

Dia menyampaikan tidak ada persiapan khusus di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, untuk penanganan ISPA. Kendati demikian, dia menjamin ketersediaan obat-obatan untuk pasien.

"Ketersediaan obat dipastikan tercukupi," imbuhnya.

Selain imbauan kepada lansia, ia juga meminta masyarakat yang lain untuk selalu memakai masker saat keluar rumah dan selalu menerapkan gaya hidup yang bersih, konsumsi vitamin yang seimbang, makanan yang sehat yang berpengaruh kepada daya tahan tubuh.

"Kalau polusi udara sulit kita kontrol, ya kita kontrol pola hidup dan pertahanan tubuh kita," kata Erizon.

Diketahui, situs pemantau kualitas udara IQAir mencatat kualitas udara Jakarta pada hari ini, Senin, berada di posisi ketujuh dengan Air Quality Index (AQI) di angka 126 pada pukul 19.20 WIB atau berada kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebut, sekitar 100 ribu warga di Ibu Kota mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulan akibat peralihan cuaca.

"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama di Jakarta, Jumat (11/8).

Ngabila menyebut dampak dari polusi udara bisa mengakibatkan penyakit kronis ataupun penyakit tidak menular seperti radang paru, Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), asma, dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya penyakit selama peralihan cuaca, Ngabila menyarankan untuk tetap di rumah jika tidak ada keperluan mendesak.

Menurut Ngabila selama Januari hingga Juni 2023, terdapat 638.291 kasus ISPA yang tercatat Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Rinciannya, Januari sebanyak 102.609, Februari 104.638, Maret 119.734, April 109.705, Mei 99.130, dan Juni 102.475 kasus.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta dinilai membaik saat WFH bersamaan KTT ASEAN
Baca juga: Walhi: Kabut air tidak efektif untuk kurangi polusi udara di Jakarta
Baca juga: Gulkarmat Jaktim kembali semprot jalan atasi polusi udara