Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan banyak tumpahan berbagai mikroplastik telah mencemari Sungai Citarum bagian tengah yang terletak di Karawang, Provinsi Jawa Barat. Periset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Indra Setiadi mengatakan pengambilan sampel dilakukan saat musim hujan pada Februari sampai April 2022.

"Mikroplastik berupa pelet, film, fiber, dan fragmen dengan kelimpahan di air sebesar 102 partikel per meter kubik dan kelimpahan di sedimen sebanyak 602 partikel per kilogram," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Kelimpahan pada saluran pencernaan ikan sapu-sapu sekitar 90 partikel per individu dengan ukuran rata-rata yang mendominasi pada air sedimen dan saluran pencernaan kurang dari 0,3 milimeter.

Mikroplastik masuk ke sungai melalui limpasan angin, limpasan hujan, dan saluran drainase serta degradasi sampah plastik in situ.


Baca juga: Mikroplastik meningkat di muara sungai ke Teluk Jakarta saat pandemi

Baca juga: Bahaya mikroplastik di udara

Mikroplastik mempunyai ukuran kurang dari 5 milimeter dengan batas ukuran bawah yang tidak ditentukan, namun pada umumnya menggunakan ukuran 0,33 milimeter.

Indra menuturkan pencemaran mikroplastik yang terjadi di daerah industri, pemukiman, dan daerah pertanian tidak berbeda secara signifikan.

BRIN melalukan penelitian itu untuk mengidentifikasi karakteristik dari bentuk dan ukuran, kemudian identifikasi polimer dan kelimpahan mikroplastik pada air, sedimen dan saluran pencemaran ikan sapu-sapu di Sungai Citarum bagian tengah.

Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada tiga stasiun. Stasiun pertama ada di Wadas, Teluk Jambe Raya perwakilan industri; stasiun kedua terletak di Pasir Panggang, Teluk Jambe Timur perwakilan pemukiman padat penduduk; dan stasiun ketiga berada di Sumedangan, Teluk Jambe Timur perwakilan wilayah pertanian.

"Pengukuran data di lapangan dengan pengambilan arus air, lebar badan sungai, kedalaman, suhu, derajat keasaman, dan oksigen terlarut. Pengambilan sampel pada air menggunakan plankton net yang sudah di modifikasi menggunakan bukaan mulut dengan saringan 5 milimeter," kata Indra.

"Pengambilan sampel sedimen menggunakan sedimen core tube 2 inci. Sedangkan sampel ikan sapu-sapu diperoleh dari tangkapan nelayan setempat," imbuhnya.
Lebih lanjut Indra berharap masalah mikroplastik dari sumber baik primer maupun sekunder bisa segera diatasi agar meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan.

Pengelolaan daerah aliran sungai Citarum secara menyeluruh juga penting melalui kolaborasi aktif antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan para ahli untuk mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan dalam upaya mengurangi pencemaran mikroplastik di Sungai Citarum.


Baca juga: DLH: Pencemaran mikroplastik air laut Mayangan di Probolinggo tinggi

Baca juga: Waspadai bahaya mikroplastik jika tertelan oleh anak