Yogyakarta (ANTARA News) - Bus yang melayani rute Yogyakarta ke sejumlah daerah di Karisidenan Kedu dan Banyumas serta beberapa daerah di Jawa Barat seperti Sukabumi dan Tasikmalaya memilih mogok karena kesulitan memperoleh bahan bakar solar.

"Kami memilih mogok karena memperoleh solar sangat sulit terutama di sepanjang rute yang dilalui. Kami ingin memperoleh penjelasannya dari pemerintah," kata salah seorang pengemudi bus PO Aman, Widi Astono, saat melakukan aksi mogok di Terminal Giwangan, Yogyakarta, Rabu.

Widi mengatakan, setiap kali mengisi solar hanya dibatasi 50 liter dan untuk memperolehnya harus mengantre selama sekitar dua jam.

Ia mengaku sudah menjalankan bus dari Cilacap menuju Yogyakarta pukul 02.30 WIB namun tidak berani kembali ke Cilacap karena khawatir akan diberhentikan di jalan oleh awak bus lain yang melakukan aksi mogok.

"Jika dihentikan, maka penumpang yang nanti akan dirugikan. Ini juga bentuk toleransi kami kepada PO yang lain," katanya.

Pengurus PO Triafari yang melayani penumpang bus tujuan Yogyakarta-Tasikmalaya-Bandung, Haris, juga memilih tidak menjalankan bus sebagai bentuk toleransi aksi mogok pengusaha bus.

"Rencananya, aksi mogok akan dilakukan selama tiga hari ke depan," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa awak bus kesulitan memperoleh solar dan hanya bisa membeli maksimal 25 liter setiap kali mengisi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

"Jika kondisinya kondusif, maka dimungkinkan bus akan dijalankan. Tetapi melalui jalur utara, tidak lagi melalui jalur selatan," katanya.

Akibat aksi mogok tersebut, tempat pemberangkatan bus ke Banyumas dan Jawa Barat lengang, tidak ada satu pun armada bus sementara seratusan penumpang tampak menunggu bus yang akan berangkat.

"Saya terkejut tidak tahu kalau akan ada aksi mogok hari ini," kata seorang calon penumpang yang akan melakukan perjalanan ke Prembun bersama keluarganya menggunakan bus Budiman.

"Biasanya saya naik bus Budiman. Kalau mogok seperti ini, ya, terpaksa menunggu saja," kata Ajat, calon penumpang tujuan Tasikmalaya.

Ia membayar sekitar Rp65.000 setiap kali melakukan perjalanan Yogyakarta-Tasikmalaya. "Jika harus naik menjadi Rp70.000 itu masih wajar asalkan tidak ada pemogokan lagi," katanya.

Calon penumpang yang rutin mengantarkan kerajinan ke Kroya, Budiman, juga menyayangkan aksi mogok itu. "Sebulan sekali, saya mengantarkan wayang pesanan ke Kroya. Kalau mogok seperti ini, ya terpaksa kembali pulang. Sama saja rugi karena tidak bisa bekerja," katanya.