Surabaya (ANTARA) - Selama sepekan ini, di Jawa Timur terjadi sejumlah kecelakaan di jalan yang menyebabkan belasan orang mengalami luka-luka dan beberapa orang meninggal dunia.

Pada Senin, 28 Agustus 2023, kendaraan jenis pikap yang membawa rombongan drumband mengalami kecelakaan lalu lintas saat melintas di suatu tikungan yang tajam.

Peristiwanya terjadi di Jalan Raya Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura. Dalam rekaman CCTV yang terekam dan beredar luas di jagat maya, kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi, kemudian di suatu tikungan kendaraan itu oleng hingga terguling.

Sehari berselang, kecelakaan terjadi di Jalan Tol Pandaan-Malang, tepatnya di kilometer 85.400A. Dua unit kendaraan terlibat, yaitu mobil travel Toyota Hiace dan truk Isuzu.

Dua penumpang hiace meninggal dunia dalam peristiwa tersebut, sedangkan enam penumpang lainnya mengalami luka-luka.

Di pengujung Agustus 2023, Kamis (31/8) pagi, kecelakaan Bus Sugeng Rahayu Nomor Polisi W-7572-UY terlibat kecelakaan dengan Bus Eka Nomor Polisi S-7551-US di Jalan Raya Magetan-Ngawi di Desa Tambakromo, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi.

Dalam kecelakaan lalu lintas tersebut, tiga orang meninggal dunia, sedangkan 16 lainnya yang merupakan penumpang bus, mengalami luka-luka.

Terlepas dari takdir, kecelakaan lalu lintas kerap terjadi akibat kesalahan pada manusia. Dari tiga kasus di atas dan melihat kronologisnya, kecelakaan itu seharusnya bisa dihindari, paling tidak diminimalkan jumlah korban jika kecepatan kendaraan tidak tinggi.

Pertama, peristiwa di Pamekasan. Terlihat dari CCTV dan pernyataan aparat kepolisian, mobil pikap yang membawa penumpang di bak terbuka itu melaju cukup kencang, termasuk di tikungan yang mestinya semua kendaraan menurunkan kecepatan.

Kecelakaan bisa dihindari jika sopir mengemudikannya lebih hati-hati, terlebih di tikungan cukup tajam. Normalnya, saat di tikungan laju kendaraan diperlambat, sehingga kemiringan kendaraan tetap terjaga.

Kedua, peristiwa di di Jalan Tol Pandaan-Malang. Polisi sudah menetapkan tersangka, yaitu pengemudi travel. Berdasarkan penyelidikan, sang sopir dinyatakan dalam kondisi mengantuk saat kecelakaan terjadi.

Sopir tersebut diketahui baru saja mengemudi di kawasan Tuban sehari sebelum kejadian atau pada Senin 28 Agustus 2023. Saat di Sidoarjo, bukannya istirahat, tapi malah minum kopi bersama temannya di angkringan sampai dengan pukul 02.00 WIB pagi.

Kemudian, sopir tersebut tidur sejam di tempat angkringan, dan kemudian bangun sekitar pukul 03.00 WIB, selanjutnya mengambil kendaraan di tempat rental, menjemput tamu mulai pukul 05.00 WIB.

Polisi menyebut pengemudi mengalami kelelahan cukup ekstrem, sehingga pada saat di tempat kejadian perkara memang mengantuk dan terjadi microsleep.

Seharusnya, sang pengemudi lebih memahami kondisi tubuhnya dan memilih istirahat daripada berbincang atau nongkrong bersama rekan-rekannya hingga menjelang dini hari.

Sementara kecelakaan berikutnya melibatkan Bus Sugeng Rahayu dan Bus Eka dengan pejalan kaki terjadi di Jalan Raya Magetan-Ngawi di Desa Tambakromo, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi.

Kecelakaan berawal saat Bus Eka yang dikendarai oleh Catur warga Boyolali, Jawa Tengah, melaju cepat dari arah Ngawi menuju Magetan. Sampai di lokasi kejadian, bus jurusan Yogyakarta-Surabaya itu hendak menghindari pejalan kaki.

Bus sempat banting setir, tepat dari arah berlawanan melaju Bus Sugeng Rahayu yang dikemudikan oleh Agus Susanto, warga Blitar, dengan kecepatan tinggi pula hingga tabrakan frontal tak terhindarkan.

Dua pengemudi bus meninggal dunia, serta seorang pejalan kaki yang menyeberang bernasib serupa.

Sama dengan peristiwa dua kecelakaan sebelumnya, insiden di Ngawi juga terjadi karena kencangnya laju kendaraan. Pengemudi tidak bisa mengendalikan dan terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan.


"Pelan-pelan pak"

Kalimat, "Pelan-pelan pak sopir", sering kita dengar saat membuka media sosial, baik TikTok, Instagram dan lain-lain. Bahasanya anak media sosial kerap menjadi "fyp".

Terlepas dari itu, kalimat singkat tersebut sangatlah positif jika diresapi maknanya. Apalagi oleh para sopir, khususnya angkutan bus atau alat transportasi umum lainnya.

Sopir bus kadang mendapat bisikan dari penumpang agar melaju dengan kecepatan tinggi. Biasanya ada pada penumpang bus malam cepat antarkota dalam provinsi (AKDP) maupun antarkota antarprovinsi (AKAP). Seharusnya jiwa sopir tidak mudah terpengaruh atau "panas" dengan ucapan-ucapan penumpang yang "memanaskan" telinga.

Di sinilah pentingnya para sopir mendapat bekal, khususnya dari pemilik perusahaan autobus, mengenai besarnya peran pengemudi karena membawa nyawa puluhan penumpang. Bahasa pasarannya, "Nyawa penumpang ada di injakan kaki sang sopir". Ini yang harus menjadi pengingat agar tidak ada ugal-ugalan di jalan karena ulah sopir.

Peran pemerintah juga sudah tidak kurang dalam mengingatkan pengemudi bus dan kendaraan umum lainnya, untuk selalu menomorsatukan keselamatan penumpang. Peran itu telah dilakukan oleh dinas perhubungan, polisi lalu lintas, maupun para pemangku kepentingan lainnya di setiap daerah.

Hanya saja, frekuensi dari sosialisasi mengenai keselamatan berkendara yang harus lebih ditingkatkan itu, sehingga para sopir selalu ingat untuk tidak lengah terkait segala upaya untuk mewujudkan keselamatan penumpang.

Dengan seringnya diingatkan, maka ego di jalan dapat berkurang dan pada ujungnya berimbas pada pengurangan potensi dan kasus kecelakaan.

Bagi para sopir, pesan-pesan populer, seperti "Berada di jalanan mana pun, keluarga tetap menjadi tujuan sebenarnya" atau "Keluarga sedang menunggu di rumah, sudah menjadi kewajiban untuk santun di jalan" harus menjadi pegangan. Ketenangan dan kesabaran seorang sopir adalah kunci keselamatan di jalan raya. "Salam satu aspal, pelan-pelan pak sopir!"