"Untuk menghindarkan diri dari keadaan itu, sangatlah penting bagi kita bekerja sama lebih erat antarnegara dalam memajukan visi bersama, berbagi keahlian, dan pengalaman ," kata Menteri Perhubungan, EE Mangindaan, di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Dia membuka Pertemuan Regional Ke-7 Forum Transportasi Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan di Asia dan Konsultasi Global Pasca-Agenda Pembangunan 2015.
Senada dengan Mangindaan, Direktur Pusat Pembangunan Regional PBB (UNCRD), Chikako Takase, mengatakan, negara-negara diAsia telah mengalami pembangunan sosial dan ekonomi sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Sektor transportasi sebagai salah satu faktor pendukung utama dalam pembangunan ikut terdongkrak dengan pesatnya perkembangan pembangunan itu, yang sarat tantangan.
Tantangan itu, di antaranya banyaknya korban jiwa yang timbul akibat kecelakaan lalu lintas yang dihadapi negara berkembang di kawasan Asia.
Kerugian materi akibat tingginya angka kecelakaan di Asia juga diperkirakan berjumlah sekitar dua hingga lima persen dari total produksi domestik bruto di negara-negara Asia.
Angkutan barang juga merupakan salah satu kontributor polusi utama bagi lingkungan dan sosial seiring pesatnya perkembangan industri angkutan barang yang tercatat sebanyak 35 persen menggunakan energi transportasi dunia.
"Dengan latar belakang itu, kami memikirkan sistem transportasi masa depan yang kami inginkan untuk abad 21 ini," kata Takase.
(KR-GBI/M038)