Jakarta (ANTARA) - Bank Mandiri menargetkan penyaluran sustainable portofolio di kisaran 25 persen dari total kredit (bank only) untuk terus konsisten mendukung penerapan pembiayaan berkelanjutan sesuai ​Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51 Tahun 2017.

"Bank Mandiri berkomitmen terus menyalurkan pembiayaan hijau sesuai rencana bisnis penyediaan listrik yang ditetapkan pemerintah, sebagai wujud konsistensi kami menerapkan keuangan berkelanjutan," kata Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Bank Mandiri akan fokus pada beberapa sektor, seperti pengelolaan sumber daya alam hayati berkelanjutan, energi baru terbarukan, produk eco-efficient, serta transportasi ramah lingkungan.

Untuk mencapai target itu, Bank Mandiri berkomitmen terus mengembangkan instrumen pendanaan (sustainable funding instruments) demi menghimpun permodalan untuk kemudian disalurkan melalui pembiayaan hijau (green financing).

Bank Mandiri baru saja menerbitkan green bond senilai Rp5 triliun pada Juni 2023. Penerbitan obligasi hijau itu merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank Mandiri dengan target dana Rp10 triliun.

Bank tersebut konsisten mengembangkan produk-produk keuangan berkelanjutan, baik dari sisi pembiayaan hijau maupun dari sisi pendanaan (sustainable funding instruments).

Penyaluran green financing Bank Mandiri secara konsisten terus bertumbuh sebagai wujud penerapan keuangan berkelanjutan dan implementasi prinsip environment, social, and governance (ESG). Bank tersebut mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit hijau naik 10,2 persen year on year (yoy) menjadi Rp115 triliun per Juni 2023.

Realisasi itu menjadikan Bank Mandiri sebagai market leader green financing di industri perbankan Tanah Air. Hingga paruh pertama 2023, penyaluran pembiayaan hijau bank tersebut berkontribusi sebesar 11,7 persen dari total portofolio kredit.

"Realisasi ini merupakan bukti nyata penerapan keuangan berkelanjutan oleh Bank Mandiri sekaligus wujud komitmen kami mendukung transisi Indonesia menuju net zero emission tahun 2060 dan tercapainya United Nations Sustainable Development Goals," tuturnya.

Alexandra menuturkan Bank Mandiri juga terus menggenjot penyaluran pembiayaan hijau di Tanah Air yang ditujukan untuk proyek-proyek atau kegiatan usaha berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Hasilnya sampai kuartal II 2023, porsi terbesar pembiayaan hijau Bank Mandiri disalurkan ke sektor pertanian berkelanjutan sebesar Rp95,6 triliun, diikuti penyaluran pembiayaan untuk sektor energi terbarukan Rp8,9 triliun, eco-efficient products Rp4,7 triliun dan clean transportation Rp3,2 triliun, serta sektor hijau lainnya Rp2,8 triliun.

Dalam penyaluran pembiayaan hijau, bank itu memiliki kebijakan ESG secara spesifik untuk setiap sektor berupa ESG Credit Policy. Untuk debitur di sektor kelapa sawit (crude palm oil/CPO) misalnya, Bank Mandiri mensyaratkan adanya sertifikat atau bukti pendaftaran ISPO/RSPO.

Adapun pada Maret 2023 lalu, 83 persen dari debitur di sektor kelapa sawit telah mengantongi atau tengah memproses sertifikat ISPO/RSPO.

"Melalui green financing dan kriteria IAC, Bank Mandiri mendorong para debitur untuk bertransisi ke ekonomi hijau dan berkelanjutan," ujar Alexandra.

Bank Mandiri juga mencatatkan kenaikan pembiayaan ke sektor energi terbarukan. Kredit untuk energi terbarukan pada 2020 hanya Rp2,5 triliun, kemudian naik menjadi R 6,15 triliun di akhir 2022.

Adapun beberapa proyek energi terbarukan yang mendapatkan kucuran pembiayaan hijau dari Bank Mandiri adalah Kerinci Hydro Power Plant dengan total kapasitas 2x45MW MW dan Malea Hydro Power Plant di Sulawesi Selatan. Bank Mandiri juga menyalurkan pembiayaan untuk proyek Poso Hydro Power Plant dengan total kapasitas 515 MW.

Baca juga: Bank Mandiri proyeksikan inflasi turun ke 3 persen di akhir 2023
Baca juga: Bank Mandiri akan mengurangi pembiayaan ke sektor non ramah lingkungan
Baca juga: Laba bersih Bank Mandiri tumbuh 24,9 persen menjadi Rp25,2 triliun