"Proporsi polusi udara dari kendaraan dapat dikurangi melalui pengetatan regulasi dan monitoring yang konstan. Tetapi pengendalian polusi udara (yang mungkin) paling efektif adalah mendorong sistem transportasi massal berkelanjutan," kata Peneliti Sistem Penggerak Berkelanjutan BRIN Hari Setiapraja dalam diskusi uji emisi kendaraan yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Hari menuturkan transportasi massal berkelanjutan memperhitungkan aspek lingkungan, sosial, hingga ekonomi, yang membuatnya lebih unggul ketimbang kendaraan pribadi.
Baca juga: Pengamat: Perlu perencanaan transportasi terpadu tekan polusi udara
Setelah itu, lanjutnya, mereka menggunakan berbagai jenis kendaraan umum, seperti bus, LRT, metro, KRL, trem, menuju ke transfer point dan menyambung perjalanan ke tempat kerja.
Pada 2020 Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi (PTSPT) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah memotret pergerakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum di Semarang, Jawa Tengah.
Baca juga: LRT Jabodebek untuk mengurangi polusi udara
Kendaraan umum lebih banyak volume angkutnya ketimbang kendaraan pribadi, sehingga pergerakan manusia bisa disatukan. Selain itu kendaraan umum yang berbasis listrik, seperti bus atau kereta mampu mengurangi polusi udara lebih maksimal ketimbang kendaraan listrik pribadi.
Hari mengatakan bila hanya berpindah dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik, itu hanya solusi sementara.
Baca juga: Menteri Kesehatan ajak warga gunakan sarana transportasi publik