Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan memproyeksikan tingkat inflasi global di angka 5,2 persen, dengan pertumbuhan ekonomi yang menurun 3,0 persen pada 2024 mendatang.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan bahwa proyeksi tersebut menandai adanya pelemahan ekonomi global dan inflasi yang masih tinggi, namun mulai termoderasi.

“Dalam tingkat dunia diperkirakan inflasi di sekitar 5,2 persen dan di advanced economy masih di tingkat inflasi sekitar 2,8 persen,” kata Suahasil dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis.

Pelemahan ekonomi global akan menimbulkan beberapa tantangan bagi Indonesia dalam mencapai target ekonominya. Secara jangka pendek, hal tersebut mengakibatkan suku bunga yang tinggi dalam jangka waktu lama, ruang kebijakan terbatas, serta meningkatnya tensi geopolitik.

“Perlambatan ekonomi Tiongkok perlu kita waspadai, tekanan sektor keuangan dan debt distress di tingkat dunia perlu kita waspadai dengan baik,” ujar Suahasil.

Sedangkan secara jangka menengah dan panjang, Suahasil menjelaskan adanya tantangan berupa fragmentasi global, perubahan iklim, digitalisasi dan pandemi lain yang masih mungkin akan terjadi.

Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap optimistis menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,2 persen secara tahunan, dengan inflasi yang menurun 2,8 persen. Hal itu berkaca pada kinerja perekonomian Indonesia yang stabil, bahkan cenderung bertumbuh di tengah ketidakpastian global saat ini.

Adapun Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraannya telah menerangkan bahwa upaya ekonomi Indonesia pada 2024 diarahkan untuk mencapai transformasi ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan dua strategi utama, yaitu strategi jangka pendek dan strategi jangka menengah.

Strategi jangka pendek difokuskan untuk mempercepat penghapusan kemiskinan ekstrem, penurunan prevalensi stunting, pengendalian inflasi, dan peningkatan investasi.

Kemudian strategi jangka menengah difokuskan pada lima agenda sebagai berikut. Satu, mewujudkan sumber daya manusia unggul yang produktif, inovatif, sejahtera, dan berdaya saing melalui peningkatan kualitas pendidikan dan sistem kesehatan, serta reformasi sistem perlindungan sosial, termasuk penguatan perlindungan pekerja migran Indonesia.

Agenda strategi jangka panjang kedua adalah akselerasi pembangunan infrastruktur pendukung transformasi ekonomi, khususnya infrastruktur di bidang energi, pangan, konektivitas, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Ketiga, pemantapan implementasi reformasi birokrasi dan simplifikasi regulasi. Keempat, meningkatkan aktivitas ekonomi yang bernilai tambah tinggi, melalui hilirisasi sumber daya alam. Dan kelima, mendorong pengembangan ekonomi hijau.

Baca juga: BI: Inflasi Indonesia termasuk yang terendah di dunia
Baca juga: Ekonom: Penurunan harga pangan sebabkan deflasi bulan Agustus 2023