Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Australia dan Indonesia melalui program Kemitraan Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) meningkatkan kualitas pendidikan di empat provinsi, yakni Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara.

Direktur Program Inovasi Mark Heyward, Ph.D. dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis, menjelaskan bahwa kolaborasi ini telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan pendidikan di masing-masing daerah.

Ia mengatakan, kemitraan untuk pembelajaran dengan tema “Bahu Membahu Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa ini mendorong keberlanjutan kemitraan antara pemerintah daerah dengan berbagai lembaga non-pemerintah.

Lembaga non-pemerintahan yang ia maksud, seperti universitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan organisasi masyarakat guna meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa di Indonesia.

"Salah satu upaya yang dilakukan adalah memfasilitasi kerja sama antara pemerintah daerah dengan lembaga non-pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam bidang literasi, numerasi, dan inklusi melalui mekanisme hibah," katanya.

Menurut dia, mulai dari fase I (2016-2020) hingga fase II (2020-2023), sebanyak 40 organisasi non-pemerintah telah terlibat dalam pelaksanaan program hibah ini.

Ia mengatakan bahwa acara kemitraan untuk pembelajaran juga berfungsi sebagai ajang untuk memperluas jaringan serta membangun hubungan antara para pemangku kepentingan yang memiliki perhatian dalam dunia pendidikan.

"Meskipun Program INOVASI Fase II akan berakhir, upaya keberlanjutan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat diteruskan lembaga mitra dan pemerintah daerah," kata Mark Heyward. Direktur Guru Pendidikan Dasar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dr. Drs. Rachmadi Widdiharto, M.A. mengapresiasi dukungan berkelanjutan dari Pemerintah Australia di sektor pendidikan.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung proses transformasi pembelajaran di Indonesia.

“Semangat dan praktik baik gotong royong yang ditunjukkan dalam kegiatan Kemitraan untuk Pembelajaran ini perlu untuk terus dilanjutkan. Karena itu saya meminta pemerintah daerah dapat terus melanjutkan kerja sama dengan mitra pembangunan lokal untuk mencapai target-target pembangunan daerah," katanya.

Selain itu, ia juga meminta para mitra potensial, seperti pihak swasta, lembaga filantropi, dan pihak-pihak lain dapat menggunakan “proof of concept” atau praktik baik yang dipresentasikan pada kegiatan hari ini.

"Praktik baik ini menjadi modal kita bersama untuk membangun pendidikan berkualitas di seluruh penjuru Indonesia,” kata Rachmadi Widdiharto.

Sementara itu Kepala Subdirektorat Bina GTK Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan dari Kementerian Agama (Kemenag) Dr. Anis Masykhur, S.Ag, M.A., mengatakan bahwa pengalaman dari praktik baik INOVASI yang telah dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan dapat dikembangkan.

"Terutama di madrasah, dapat menjadi masukan bagi kebjiakan dan implementasi program yang dikembangkan oleh Kemenag, baik di tingkat pusat maupun daerah," katanya.

Salah satu mitra INOVASI, Yayasan Sulinama, telah berhasil bersinergi dengan pemerintah Kabupaten Nagekeo, NTT untuk menerapkan program transisi bahasa ibu ke bahasa Indonesia.

Program ini, kata Mark, diarahkan untuk membantu guru dalam menilai kemampuan membaca siswa serta merancang materi pembelajaran berbasis bahasa ibu.

Keberhasilan program transisi bahasa ibu ini dinilai terbukti dari peningkatan kemampuan membaca di tingkat PAUD dan kelas awal secara signifikan.

Sebanyak 251 siswa PAUD dari 10 sekolah di Kabupaten Nagekeo menjadi lebih siap untuk naik ke jenjang SD. Sementara kemampuan membaca dari sekitar 768 siswa kelas awal dari 10 SD meningkat di setiap kategori (mengenal huruf, membaca lancar, membaca pemahaman) hingga hampir 100 persen.

"Penggunaan pendekatan ini juga berhasil membawa hampir 70 persen siswa mampu menulis," katanya.

Adapun Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) turut serta dalam upaya mendukung kesetaraan gender. Salah satu usahanya adalah menciptakan program Sekolah Dasar Responsif Gender (SDRG) dengan menyediakan pembalut dan tempat sampah tertutup di toilet khusus siswa perempuan, membuat siswa laki-laki dan perempuan sama-sama bertanggung jawab dalam piket kelas.

UMSIDA juga telah berhasil meningkatkan kompetensi edukatif dengan menggelar pelatihan bagi guru dan kepala sekolah guna meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan pandangan terhadap pendekatan responsif gender.

Sebagai hasilnya, pengetahuan peserta pelatihan, baik laki-laki maupun perempuan, mengalami kenaikan sebesar 16,67 poin setelah pelatihan.

"Para peserta pelatihan melaporkan bahwa mereka merasa lebih berpengetahuan dan memahami konsep tersebut setelah mengikuti modul SDRG," demikian Mark Heyward.

Baca juga: BRIN bahas kerja sama Iptek dan inovasi dengan Duta Besar Australia

Baca juga: Tim inovasi Pupuk Kaltim raih penghargaan APQO 2021 di Australia

Baca juga: Universitas Australia siap bermitra dengan universitas di Indonesia

Baca juga: Australia berkomitmen dukung pendidikan berkualitas di Indonesia