Euro melonjak di awal Asia karena inflasi, dolar tunggu data pekerjaan
31 Agustus 2023 08:30 WIB
Ilustrasi - Uang kertas euro EUR dan dolar AS di Amsterdam, Belanda, pada 14 Juli 2022. ANTARA/Nicolas Economou via Reuters Connect/NurPhoto/pri.
Singapura (ANTARA) - Euro berada di level tertinggi dalam 15 tahun terhadap yen di awal sesi Asia pada Kamis, di tengah tanda-tanda inflasi yang membandel di Eropa, sementara dolar tertekan menjelang data konsumsi, inflasi dan pekerjaan yang dapat menambah bukti melemahnya perekonomian.
Inflasi tahunan di Jerman dan Spanyol hampir tidak melambat pada Agustus, di luar perkiraan, data pada Rabu (30/9/2023) menunjukkan. Para pedagang memperkirakan hal ini meningkatkan peluang kenaikan suku bunga di Eropa bulan depan menjadi sekitar 50-50, dan mendorong euro naik 0,4 persen menjadi 1,0923 dolar.
Mata uang ini stabil di awal perdagangan Asia dan sekarang naik tiga sesi berturut-turut terhadap dolar dan lima sesi berturut-turut terhadap yen, di mana mata uang ini mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun di 159,76 yen.
Sterling juga menguat seiring dengan euro, dan terakhir mempertahankan kenaikan di 1,2713 dolar. Data PMI (Indeks Manajer Pembelian) China diperkirakan akan lemah hari ini, menjaga yuan sedikit berubah pada awal perdagangan luar negeri.
Data inflasi seluruh Eropa juga akan dirilis pada Kamis, begitu pula data konsumsi pribadi AS dan indeks harga belanja personal (PCE) inti – yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve.
Data penggajian AS akan dirilis pada Jumat (1/9/2023), dan dolar berada di bawah tekanan karena angka-angka lapis kedua minggu ini seperti lowongan pekerjaan dan penggajian swasta menunjukkan pelemahan.
Semalam Departemen Perdagangan merevisi turun pertumbuhan PDB AS kuartal kedua menjadi 2,1 persen dari perkiraan 2,4 persen.
Indeks dolar, meski masih naik lebih dari 1,0 persen pada Agustus, telah turun 1,0 persen sejauh minggu ini karena para pedagang memperkirakan suku bunga AS mungkin telah berhenti naik – bahkan jika suku bunga tetap tinggi.
"Ekspektasi pasar bahwa suku bunga The Fed tidak berubah terus meningkat," kata analis di ANZ Bank, dikutip dari Reuters.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun turun sekitar 17 basis poin menjadi 4,888 persen pada minggu ini dan dana berjangka Fed menyiratkan peluang kenaikan suku bunga sebesar 40 persen pada akhir tahun, dibandingkan dengan sekitar 55 persen pada awal pekan. Imbal hasil sepuluh tahun turun 12 basis poin menjadi 4,1139 persen.
Mata uang Antipodean melakukan perjalanan bolak-balik terhadap dolar semalam, tidak mampu mempertahankan kenaikan menjelang data China yang kemungkinan lemah, dan karena kenaikan (suku bunga) juga mungkin dilakukan di Australia dan Selandia Baru.
Setelah sempat naik di atas 0,60 dolar AS, dolar Selandia Baru diperdagangkan pada 0,5953 dolar pada Kamis, sementara Aussie menguat di 0,6418 dolar AS.
Keduanya terpukul oleh kekhawatiran akan memburuknya perekonomian China, dan diperkirakan akan mengalami penurunan bulanan terburuk sejak Februari, dengan penurunan lebih dari 3,5 persen.
Yen juga melemah pada bulan ini, turun 2,6 persen terhadap dolar karena investor memperkirakan suku bunga kemungkinan akan tetap rendah di Jepang dan tinggi di Amerika Serikat.
Mata uang Jepang itu telah menjadi stabil karena para pedagang khawatir terhadap risiko intervensi resmi, dan terakhir berada di 146,07 per dolar.
Baca juga: Dolar tergelincir karena data menunjukkan perekonomian AS melemah
Baca juga: Emas naik kembali setelah data ekonomi AS lebih rendah dari perkiraan
Baca juga: Dolar AS jatuh setelah data menunjukkan inflasi kawasan euro melambat
Inflasi tahunan di Jerman dan Spanyol hampir tidak melambat pada Agustus, di luar perkiraan, data pada Rabu (30/9/2023) menunjukkan. Para pedagang memperkirakan hal ini meningkatkan peluang kenaikan suku bunga di Eropa bulan depan menjadi sekitar 50-50, dan mendorong euro naik 0,4 persen menjadi 1,0923 dolar.
Mata uang ini stabil di awal perdagangan Asia dan sekarang naik tiga sesi berturut-turut terhadap dolar dan lima sesi berturut-turut terhadap yen, di mana mata uang ini mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun di 159,76 yen.
Sterling juga menguat seiring dengan euro, dan terakhir mempertahankan kenaikan di 1,2713 dolar. Data PMI (Indeks Manajer Pembelian) China diperkirakan akan lemah hari ini, menjaga yuan sedikit berubah pada awal perdagangan luar negeri.
Data inflasi seluruh Eropa juga akan dirilis pada Kamis, begitu pula data konsumsi pribadi AS dan indeks harga belanja personal (PCE) inti – yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve.
Data penggajian AS akan dirilis pada Jumat (1/9/2023), dan dolar berada di bawah tekanan karena angka-angka lapis kedua minggu ini seperti lowongan pekerjaan dan penggajian swasta menunjukkan pelemahan.
Semalam Departemen Perdagangan merevisi turun pertumbuhan PDB AS kuartal kedua menjadi 2,1 persen dari perkiraan 2,4 persen.
Indeks dolar, meski masih naik lebih dari 1,0 persen pada Agustus, telah turun 1,0 persen sejauh minggu ini karena para pedagang memperkirakan suku bunga AS mungkin telah berhenti naik – bahkan jika suku bunga tetap tinggi.
"Ekspektasi pasar bahwa suku bunga The Fed tidak berubah terus meningkat," kata analis di ANZ Bank, dikutip dari Reuters.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun turun sekitar 17 basis poin menjadi 4,888 persen pada minggu ini dan dana berjangka Fed menyiratkan peluang kenaikan suku bunga sebesar 40 persen pada akhir tahun, dibandingkan dengan sekitar 55 persen pada awal pekan. Imbal hasil sepuluh tahun turun 12 basis poin menjadi 4,1139 persen.
Mata uang Antipodean melakukan perjalanan bolak-balik terhadap dolar semalam, tidak mampu mempertahankan kenaikan menjelang data China yang kemungkinan lemah, dan karena kenaikan (suku bunga) juga mungkin dilakukan di Australia dan Selandia Baru.
Setelah sempat naik di atas 0,60 dolar AS, dolar Selandia Baru diperdagangkan pada 0,5953 dolar pada Kamis, sementara Aussie menguat di 0,6418 dolar AS.
Keduanya terpukul oleh kekhawatiran akan memburuknya perekonomian China, dan diperkirakan akan mengalami penurunan bulanan terburuk sejak Februari, dengan penurunan lebih dari 3,5 persen.
Yen juga melemah pada bulan ini, turun 2,6 persen terhadap dolar karena investor memperkirakan suku bunga kemungkinan akan tetap rendah di Jepang dan tinggi di Amerika Serikat.
Mata uang Jepang itu telah menjadi stabil karena para pedagang khawatir terhadap risiko intervensi resmi, dan terakhir berada di 146,07 per dolar.
Baca juga: Dolar tergelincir karena data menunjukkan perekonomian AS melemah
Baca juga: Emas naik kembali setelah data ekonomi AS lebih rendah dari perkiraan
Baca juga: Dolar AS jatuh setelah data menunjukkan inflasi kawasan euro melambat
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: