Jakarta (ANTARA News) - Sidang ke-2 Komisi Pemerintahan RI-Rusia di bidang Kerja sama Tehnik Militer telah menghasilkan Nota Kesepahaman (MoU) tentang komitmen pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI dari Rusia. Hal tersebut dikemukakan oleh Sekjen Departemen Pertahanan (Dephan) RI Letjen Sjafrie Sjamsoeddin di Jakarta, Kamis, seusai menutup Sidang Komisi ke-2 RI-Rusia di bidang Kerja sama Tehnik Militer. Menurut dia, MoU itu bersifat komprehensif sehingga tidak hanya melibatkan satu institusi melainkan beberapa institusi terkait dalam pengadaan alusista dari kedua negara. "MoU ini bukan hanya untuk Dephan RI dengan Dephan Rusia saja, tetapi di dalamnya juga berkaitan dengan Deplu RI-Rusia," katanya. Dia juga mengatakan, penandatanganan MoU tersebut oleh dua negara diharapkan nantinya dapat menjadi landasan dalam merealisasikan kebutuhan alutsista yang diperlukan TNI selain juga bisa menjadi agenda pembicaraan pada pertemuan kedua Presiden pada waktu mendatang. Lebih lanjut Sekjen Dephan mengatakan, dalam sidang tersebut pihak Rusia menawarkan skema pembiayaan untuk pengadaan alutsista melalui pemberian kredit negara untuk lima tahun. Kredit negara yang ditawarkan Rusia, kata dia, memiliki beberapa keuntungan bagi pihak Indonesia, antara lain adalah lebih efisien sekitar 12,25 persen dari kredit negara lain, tidak ada biaya asuransi, biaya komitmen, dan biaya manajemen. "Ada macam-macam bentuknya, tetapi yang ditawarkan kredit negara kepada kita adalah tawaran yang cukup efisien karena pertama grash periodenya (masa tenggang sebelum pembayaran utang -- red) lima tahun," katanya. Sekjen mengatakan, rencananya kredit negara tersebut akan digunakan untuk pengadaan pesawat Sukhoi sebanyak enam unit senilai kurang lebih 300 juta dolar AS selain juga untuk memenuhi kebutuhan angkatan laut seperti pengadaan friget, korvet, destroyer serta kapal selam. Sementara itu Deputi Pertama Federal Service Military Technical Cooperation (FSMTC) Alexander V Denisov kepada wartawan mengatakan, secara prinsip Pemerintah Rusia sudah mempunyai kesepakatan mengenai pemberian kredit negara kepada Indonesia namun dia masih belum bisa memberikan kepastian mengenai nilai kredit tersebut. Denisov juga mengatakan, akan ada kemungkinan untuk mengadakan pembayaran melalui timbal beli dengan barang komoditas dari Pemerintah Indonesia. "Saya sudah pernah bilang bahwa Rusia siap mempertimbangkan cara pembayaran apapun termasuk timbal beli," katanya. Dia juga sangat berharap hasil dari sidang komisi tersebut dapat memberikan kontribusi dalam persiapan pertemuan lainnya, seperti pertemuan antara presiden ke dua negara karena pada pertemuan yang lebih intensif terbuka peluang untuk membicarakan kontrak-kontrak dan hal-hal yang lebih konkrit.(*)