Tokyo (ANTARA) - Sekitar sepertiga perempuan di Jepang yang saat ini berusia 18 tahun memiliki kemungkinan tidak akan pernah memiliki anak, kata sebuah lembaga pemerintah pada Rabu.

Institut Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional (IPSS) memperkirakan dalam sebuah laporan bahwa 33,4 persen perempuan yang lahir pada 2005 tidak akan memiliki anak.

Perkiraan persentase tersebut mempertimbangkan berbagai faktor seperti usia menikah dalam memperkirakan tingkat kesuburan.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Juni lalu berjanji akan mengatasi krisis populasi di negaranya dengan langkah-langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, termasuk pemberian insentif yang lebih besar untuk keluarga dengan tiga anak atau lebih.

Namun, jajak pendapat Kyodo News yang diterbitkan tidak lama setelah itu menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga masyarakat tidak begitu yakin kebijakan tersebut akan efektif.

“Dengan biaya hidup yang meningkat, saya kira orang tidak merasa mampu atau merasa nyaman mengatakan ingin punya anak,” kata Anna Tanaka, 23 tahun, kepada Reuters.

Jumlah anak di Jepang menurun selama lebih dari empat dekade karena keinginan untuk menikah dan menjadi orang tua semakin berkurang serta kekhawatiran finansial yang meningkat, menurut survei.
Baca juga: Populasi Jepang turun di seluruh 47 prefektur untuk kali pertama

Miho Iwasawa, Direktur Penelitian Dinamika Populasi IPSS, mengatakan banyak orang yang terlambat menikah sehingga menyebabkan angka kelahiran turun.

Pada 2020, perempuan menikah pertama kali pada usia rata-rata 29,4 tahun atau 3,9 tahun lebih lambat dibandingkan 1985, menurut data pemerintah. Menikah di usia akhir 30-an sering kali hanya menghasilkan satu anak, kata Iwasawa.

Tren tersebut dapat menyebabkan lingkaran setan, yaitu semakin sedikit anak yang dilahirkan, kata Takuya Hoshino, ekonom senior di Dai-ichi Life Research Institute.

Hoshino mengatakan karena keluarga saat ini memiliki lebih sedikit anak maka mereka biasanya mampu membelanjakan lebih banyak uang untuk setiap anak dibandingkan dengan pengeluaran keluarga pada zaman dulu.

Kondisi ini meningkatkan rata-rata biaya membesarkan anak bagi masyarakat luas sehingga membuat sebagian orang enggan memiliki anak, katanya.

Belum lagi, biaya kuliah di universitas swasta melonjak lima kali lipat pada 1975 hingga 2021, dan 19 kali lipat di universitas negeri, menurut data itu.

Populasi Jepang yang berjumlah 126,15 juta jiwa pada 2020 diproyeksikan turun menjadi 87 juta jiwa pada 2070, kata IPSS.

Baca juga: Populasi menurun di tengah meningkatnya warga asing di Jepang

Sumber: Reuters