Ekuitas Asia naik untuk hari ketiga berturut-turut bertengger di level tertinggi dalam dua minggu pada Rabu, sementara dolar terhuyung-huyung karena data tenaga kerja AS yang lemah mendukung spekulasi bahwa Federal Reserve kemungkinan besar sudah selesai menaikkan suku bunganya.
Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 1,0 persen dan menyentuh level tertinggi sejak 14 Agustus, sebelum turun menjadi 0,53 persen. Namun indeks ini turun sekitar 6,0 persen sejauh bulan ini dan mencatatkan kinerja bulanan terburuk sejak Februari.Sementara itu, indeks Nikkei Jepang berakhir menguat 0,33 persen, serta indeks S&P/ASX 200 Australia ditutup 1,21 persen lebih tinggi.
Pasar berjangka mengindikasikan suasana gembira akan terus berlanjut di Eropa. Eurostoxx 50 berjangka naik 0,39 persen, DAX berjangka Jerman naik 0,29 persen dan FTSE berjangka naik 0,31 persen.
Laporan inflasi dari Jerman dan Spanyol yang dirilis hari ini akan menguji selera risiko investor dan menyiapkan data harga konsumen zona euro pada Kamis (31/8/2023).
Semalam, Wall Street berakhir menguat tajam, sementara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun ke level terendah dalam tiga minggu setelah data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS turun ke level terendah dalam hampir 2,5 tahun pada Juli, menandakan berkurangnya tekanan pasar tenaga kerja.
"'Kabar buruk adalah kabar baik,' karena data tersebut mendukung spekulasi akan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed lebih cepat meskipun ada retorika hawkish dari Ketua Fed Powell baru-baru ini," Tina Teng, analis pasar di CMC Markets, mengatakan dalam sebuah catatan.
Ketika The Fed menyoroti bahwa jalur suku bunga akan sangat bergantung pada data, para pedagang menyesuaikan taruhan mereka berdasarkan indikator-indikator terbaru.
Pasar memperkirakan 89 persen kemungkinan bahwa The Fed akan tetap bertahan pada pertemuannya bulan depan, alat CME FedWatch menunjukkan, dan sekarang memperkirakan 50 persen peluang untuk jeda lagi pada pertemuan November dibandingkan dengan peluang 38 persen pada hari sebelumnya.
Gambaran ekonomi yang lebih jelas kemungkinan akan terungkap pada akhir minggu ini ketika laporan gaji dan pengeluaran konsumsi pribadi AS akan dirilis.
Saham China menguat minggu ini menyusul pengumuman langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan investor, termasuk mengurangi separuh pajak perdagangan saham, melonggarkan aturan pinjaman margin, dan mengerem pencatatan saham baru.
Setelah naik pada pembukaan Rabu, indeks saham-saham unggulan China CSI 300 berakhir turun 0,04 persen, indeks Komposit Shanghai juga ditutup 0,04 persen lebih rendah, dan indeks Hang Seng Hong Kong berakhir turun 0,11 persen.
Para analis melihat perlunya tindakan lebih banyak dari otoritas China untuk mempertahankan reli di pasar saham. “Dibutuhkan langkah-langkah kebijakan yang lebih tegas dan pemulihan pendapatan yang berkelanjutan agar reli ini dapat bertahan lama,” kata Carlos Casanova, ekonom senior untuk Asia di UBP.
Fokus investor akan tertuju pada data PMI (Indeks Manajer Pembelian) China akhir pekan ini yang akan menunjukkan keadaan perekonomian, sementara masalah geopolitik juga menjadi sorotan.
China membela praktik bisnisnya setelah Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan perusahaan-perusahaan Amerika memberitahunya bahwa negara itu telah menjadi uninvestible, menyoroti betapa banyak investor global yang berpaling dari aset-aset di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS stabil pada jam-jam Asia. Imbal hasil obligasi dua tahun, yang biasanya bergerak sesuai ekspektasi suku bunga, naik 3,3 basis poin menjadi 4,923 persen, menjauh dari level terendah tiga minggu di 4,871 persen yang dicapai pada Selasa (29/8/2023)
Terhadap sejumlah mata uang, indeks dolar naik tipis 0,077 persen menjadi 103,63 setelah tergelincir hampir 0,4 persen sehari sebelumnya.
Baca juga: Saham Asia capai tertinggi 2-minggu karena spekulasi jeda The Fed
Baca juga: Saham-saham Asia menguat didorong reli ekuitas China