Kairo (ANTARA) - Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi dan Ketua Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah Al-Burhan membahas hubungan bilateral dan perkembangan terbaru dalam krisis Sudan di Kairo, Mesir, Selasa (29/8).

Seorang juru bicara kepresidenan Mesir mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa selama pertemuan di kota pesisir New Alamein itu, Sisi memprioritaskan ikatan historis dan hubungan yang mendalam antara negaranya dan Sudan di tingkat resmi dan populer.

Sisi juga menegaskan posisi solid Mesir untuk berdampingan dengan Sudan, serta mendukung keamanan, stabilitas, persatuan, dan integritas teritorialnya, terutama dalam situasi kritis saat ini.
Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi (kanan) dan Ketua Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah Al-Burhan, yang juga merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Sudan, di New Alamein, Mesir, Selasa (29/8/2023).(ANTARA/Xinhua/HO-Presidensi Mesir)



Sementara itu, Al-Burhan, yang juga merupakan Komandan Jenderal Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), berterima kasih kepada Mesir karena telah mendukung keamanan dan stabilitas Sudan pada momen bersejarah yang sedang dilaluinya, terutama dengan menampung warga negara Sudan.

Sejak 15 April, bentrokan bersenjata mematikan antara SAF dan RSF di Khartoum dan sejumlah daerah lain telah menyebabkan lebih dari 3.000 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang luka-luka.

Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin itu juga meninjau perkembangan di Sudan dan membahas berbagai cara untuk menjamin bantuan kemanusiaan bagi rakyat Sudan dan upaya penyelesaian krisis Sudan.

Mereka juga menindaklanjuti mekanisme penyelesaian krisis yang diusulkan pada pertemuan yang digelar oleh negara-negara tetangganya pada pertengahan Juli di Kairo.

Al-Burhan tiba di New Alamein, Selasa, dalam kunjungan pertamanya sejak bentrokan antara SAF dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter pada pertengahan April.
Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi (kanan) dan Ketua Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah Al-Burhan, yang juga merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Sudan, di New Alamein, Mesir, Selasa (29/8/2023).(ANTARA/Xinhua/HO-Presidensi Mesir)


Lebih dari 4 juta orang telah meninggalkan rumah mereka, sementara 3,2 juta orang mengungsi di dalam negeri dan hampir 900.000 orang mencari suaka di sejumlah negara, termasuk Chad, Mesir, dan Sudan Selatan, demikian menurut perkiraan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).