Los Angeles (ANTARA) - Orang dewasa pengidap obesitas dapat memperoleh manfaat dari penggunaan oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), bentuk bantuan pernapasan canggih, saat menjalani perawatan intensif untuk gagal napas.

Hal itu menurut sebuah penelitian baru yang didanai Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, penggunaan ECMO dipertanyakan untuk pasien pengidap obesitas karena diyakini dapat mempersulit pengobatan.

Namun, menurut temuan yang diterbitkan di American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, pasien pengidap obesitas yang menerima ECMO untuk sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) memiliki tingkat kematian lebih rendah dibandingkan dengan pasien non-obesitas penderita ARDS yang menerima ECMO.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti secara retrospektif meninjau data sebanyak 790 pasien dari 20 lebih pusat kesehatan di 10 negara yang menerima ECMO untuk ARDS, cedera paru-paru akut. Dari pasien-pasien tersebut, 320 pasien di antaranya mengidap obesitas.

Mereka menemukan 24 persen pasien pengidap obesitas meninggal di unit perawatan intensif (ICU) dibandingkan dengan 35 persen pasien non-obesitas. Para penulis tidak dapat mengontrol semua variabel di antara analisis kelompok yang lebih besar, termasuk tingkat keparahan penyakit.

Namun, mereka menyimpulkan temuan itu mendukung konsep bahwa obesitas, faktor risiko ARDS, seharusnya tidak menjadi faktor dalam keputusan pengobatan ECMO.

"Hasil penelitian ini membuka sejumlah pertanyaan baru tentang bagaimana obesitas memengaruhi hasil pada penyakit kritis untuk menginformasikan pendekatan pengobatan yang berbasis bukti," ujar Direktur Divisi Penyakit Paru di Institut Jantung, Paru, dan Darah Nasional AS James P. Kiley.