Tsarnaev bersaudara tersangka pembom Boston
20 April 2013 03:34 WIB
Foto tersangka pelaku ledakan bom Marathon Boston diperlihatkan dalam konferensi pers di Boston, Amerika Serikat, Kamis (18/4). FBI mengatakan mereka telah mengetahui dua tersangka pelaku serangan bom Maraton Boston dan meminta masyarakat untuk membantu mengidentidikasi kedua pria tersebut. (REUTERS/Shannon Stapleton)
Boston, Massachusetts (ANTARA News) - Tersangka pemboman saat maraton Boston, Dzokhar dan Tamerlan Tsarnaev, diperkirakan adalah lulusan perang Chechnya di Rusia, namun tinggal di Amerika Serikat selama beberapa tahun belakangan.
Wilayah Kaukasia Utara, Chechnya, dua kali porak poranda akibat perang sejak 1994 antara tentara Rusia dengan kelompok pemberontak dan kawasan dikelilingi pegunungan tersebut beberapa kali masih mengalami bentrokan senjata, lapor AFP.
Petugas AS, yang tidak mau disebut namanya, mengatakan kedua bersaudara tersebut adalah orang Rusia, namun sosok di dunia maya dengan gambar sangat mirip dengan selebaran sasaran operasi mereka menyebutkan mereka pengungsi Muslim.
NBC News melaporkan mereka memang dari Chechnya, namun meninggalkan tanah tersebut ketika perang dan menghabiskan beberapa waktu di Asia Tengah.
Dzokhar, pria berwajah kekanak-kanakan dengan umur diperkirakan masih 19 tahun, mendapatkan beasiswa pada 2011 saat terdaftar sebagai siswa di sekolah menengah atas negeri Cambridge Rindge and Latin School. Ia juga meraih gelar dalam ajang gulat Greater Boston League Winter All Star 2011.
Pada sebuah halaman profil situs semacam Facebook berbahasa Rusia, ia menyebutkan mampu berbicara dalam Bahasa Chechnya dan memiliki beberapa tautan ke halaman cerita bergambar Kaukasia Utara.
Sementara Tamerlan yang berusia 26 tahun dan terbunuh dalam pengejaran oleh polisi, diketahui tercantum dalam sebuah esai daring milik Johannes Hirn bertajuk "Will Box for Passport", yang menyebutkan ia sudah tinggal di AS selama lima tahun.
"Saya tidak memiliki seorangpun teman Amerika, saya tidak mengerti mereka," tulis dia dalam keterangan beberapa foto yang memperlihatkan dirinya sedang berlatih tinju di Wai Kru Mixed Martial Arts Center, sebuah pusat kebugaran yang juga disebutkan dalam profil daring miliknya.
Situs tersebut juga menyebutkan Tamerlan, yang mempelajari ilmu teknik mesin di Universitas Terbuka Bunker Hill, telah mengambil cuti selama satu tahun untuk berlatih demi mengikuti kejuaraan Natiol Golden Gloves di Salt Lake City, Utah.
Situs itu juga menyebutkan ia berasal dari Chechnya namun meninggalkan tanah tersebut akibat konflik pada 1990-an dan menghabiskan beberapa tahun di Kazakhstan sebelum tiba di AS sebagai pengungsi.
Meski demikian, Ruslan Tsarni, yang teridentifikasi oleh CNN sebagai paman Tsarnaev bersaudara, mengatakan dalam sebuah wawancara bersama stasiun televisi tersebut bahwa mereka tumbuh besar di Kyrgyzstan, sebuah republik bekas wilayah Soviet di Asia Tengah.
Pada situs tersebut, Tamerlan sempat menyatakan dirinya ingin menjadi petinju Olimpiade, namun memilih untuk membela AS ketimbang Rusia mengingat Chechnya belum diakui sebagai peserta.
Ia dalam situs tersebut juga sempat menyebut dirinya sebagai "sangat religius" dan mengatakan, "Tuhan berfirman tidak boleh meminum alkohol."
"Tidak ada lagi nilai-nilai yang dijunjung," tulis dia. "Orang-orang tidak lagi bisa mengontrol diri mereka masing-masing."
Di sebuah keterangan lain ia menyebutkan film kesukaannya adalah "Borat", dan terdapat juga sebuah gambar dirinya bersama seorang perempuan berambut pirang yang disebutnya sebagai kekasihnya yang campuran Italia-Portugal serta menyebutkan perempuan tersebut juga telah menjadi mualaf. "Ia cantik!" katanya dalam tulisan. (G006/B002)
Wilayah Kaukasia Utara, Chechnya, dua kali porak poranda akibat perang sejak 1994 antara tentara Rusia dengan kelompok pemberontak dan kawasan dikelilingi pegunungan tersebut beberapa kali masih mengalami bentrokan senjata, lapor AFP.
Petugas AS, yang tidak mau disebut namanya, mengatakan kedua bersaudara tersebut adalah orang Rusia, namun sosok di dunia maya dengan gambar sangat mirip dengan selebaran sasaran operasi mereka menyebutkan mereka pengungsi Muslim.
NBC News melaporkan mereka memang dari Chechnya, namun meninggalkan tanah tersebut ketika perang dan menghabiskan beberapa waktu di Asia Tengah.
Dzokhar, pria berwajah kekanak-kanakan dengan umur diperkirakan masih 19 tahun, mendapatkan beasiswa pada 2011 saat terdaftar sebagai siswa di sekolah menengah atas negeri Cambridge Rindge and Latin School. Ia juga meraih gelar dalam ajang gulat Greater Boston League Winter All Star 2011.
Pada sebuah halaman profil situs semacam Facebook berbahasa Rusia, ia menyebutkan mampu berbicara dalam Bahasa Chechnya dan memiliki beberapa tautan ke halaman cerita bergambar Kaukasia Utara.
Sementara Tamerlan yang berusia 26 tahun dan terbunuh dalam pengejaran oleh polisi, diketahui tercantum dalam sebuah esai daring milik Johannes Hirn bertajuk "Will Box for Passport", yang menyebutkan ia sudah tinggal di AS selama lima tahun.
"Saya tidak memiliki seorangpun teman Amerika, saya tidak mengerti mereka," tulis dia dalam keterangan beberapa foto yang memperlihatkan dirinya sedang berlatih tinju di Wai Kru Mixed Martial Arts Center, sebuah pusat kebugaran yang juga disebutkan dalam profil daring miliknya.
Situs tersebut juga menyebutkan Tamerlan, yang mempelajari ilmu teknik mesin di Universitas Terbuka Bunker Hill, telah mengambil cuti selama satu tahun untuk berlatih demi mengikuti kejuaraan Natiol Golden Gloves di Salt Lake City, Utah.
Situs itu juga menyebutkan ia berasal dari Chechnya namun meninggalkan tanah tersebut akibat konflik pada 1990-an dan menghabiskan beberapa tahun di Kazakhstan sebelum tiba di AS sebagai pengungsi.
Meski demikian, Ruslan Tsarni, yang teridentifikasi oleh CNN sebagai paman Tsarnaev bersaudara, mengatakan dalam sebuah wawancara bersama stasiun televisi tersebut bahwa mereka tumbuh besar di Kyrgyzstan, sebuah republik bekas wilayah Soviet di Asia Tengah.
Pada situs tersebut, Tamerlan sempat menyatakan dirinya ingin menjadi petinju Olimpiade, namun memilih untuk membela AS ketimbang Rusia mengingat Chechnya belum diakui sebagai peserta.
Ia dalam situs tersebut juga sempat menyebut dirinya sebagai "sangat religius" dan mengatakan, "Tuhan berfirman tidak boleh meminum alkohol."
"Tidak ada lagi nilai-nilai yang dijunjung," tulis dia. "Orang-orang tidak lagi bisa mengontrol diri mereka masing-masing."
Di sebuah keterangan lain ia menyebutkan film kesukaannya adalah "Borat", dan terdapat juga sebuah gambar dirinya bersama seorang perempuan berambut pirang yang disebutnya sebagai kekasihnya yang campuran Italia-Portugal serta menyebutkan perempuan tersebut juga telah menjadi mualaf. "Ia cantik!" katanya dalam tulisan. (G006/B002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: