Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada Jumat sore melemah karena terpengaruh sentimen negatif global.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah dua poin menjadi Rp9.710 dibanding posisi sebelumnya (Kamis, 18/4) di Rp9.708 per dolar AS.

"Rupiah saat ini tidak banyak mengalami pergerakan. Sebenarnya kondisi dalam negeri positif, sementara global masih spekulatif," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.

Ia menambahkan rupiah memiliki potensi penguatan ke depannya merespon wacana kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi kendaraan pribadi.

"Apabila dlihat dari pergerakan dengan waktu yang lebih sempit, rebound potensial rupiah untuk aksi beli dapat terjadi," kata dia.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan dengan pemerintah menaikan BBM maka akan dapat membantu defisit neraca perdagangan menurun.

"Upaya pemerintah mengendalikan harga BBM bersubsidi diharapkan dapat memberi hasil positif untuk menekan defisit neraca perdagangan," katanya.

Menurut dia, tren pelemahan rupiah di sepanjang tahun ini cenderung didorong oleh neraca perdagangan Indonesia yang terus mencatatkan defisit. Migas merupakan salah satu faktor terjadinya defisit neraca perdagangan dalam negeri.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp9.709 dibandingkan posisi sebelumnya (18/4) DI Rp9.723 per dolar AS.