Sulawesi Barat remajakan tanaman kakao
19 April 2013 06:09 WIB
Seorang laki-laki menunjukkan biji kakao hasil panennya yang dijemur di Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Gerung, Lombok Barat, NTB. (FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi)
Mamuju (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menganggarkan sekitar Rp1,0 miliar pada tahun ini untuk peremajaan tanaman kakao sehingga komoditas ini bisa menjadi andalan kembali.
"Tahun ini dialokasikan anggaran sekitar Rp1 miliar untuk peremajaan kakao di Sulbar, melalui program sambung pucuk," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar, Supriyatno di Mamuju, Jumat.
Ia mengatakan, program sambung pucuk dalam rangka mengembalikan kembali kakao sebagai komoditi andalan Sulbar yang dapat mensejahterakan masyarakat.
Menurut dia, kakao di Sulbar sudah banyak yang tua sehingga tidak lagi produktif. Hal ini membuat pemerintah melakukan peremajaan agar kakao tersebut dapat berproduksi kembali menjadi sumber pendapatan masyarakat.
Ia mengatakan, kakao diandalkan pemerintah Sulbar dalam menggenjot ekonomi masyarakat karena potensinya sangat besar. Tingkat produksi kakao di Sulbar mencapai 130 ribu ton per tahun dengan luas lahan mencapai 185 ribu hektare.
Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh sebelumnya mengatakan, kakao Sulbar terbukti telah menekan tingkat pengangguran di Sulbar sehingga cukup rendah sekitar 3,25 persen dari penduduk Sulbar yang memiliki jumlah penduduk satu juta jiwa.
Tingkat pengangguran di Sulbar itu diklaim di bawah angka pengangguran nasional.
"Jumlah angka pengangguran di Sulbar yang rendah itu sesuai dengan survei Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga pertanian akan menjadi andalan Sulbar untuk menekan pengangguran dengan terus mengembangkan kakao,"katanya.
Menurut dia, pemerintah di Sulbar telah berhasil memberikan lapangan kerja bagi masyarakatnya karena dikembangkannya dua komoditas pertanian andalan di Sulbar yang salah satunya adalah kakao.
"Tahun ini dialokasikan anggaran sekitar Rp1 miliar untuk peremajaan kakao di Sulbar, melalui program sambung pucuk," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar, Supriyatno di Mamuju, Jumat.
Ia mengatakan, program sambung pucuk dalam rangka mengembalikan kembali kakao sebagai komoditi andalan Sulbar yang dapat mensejahterakan masyarakat.
Menurut dia, kakao di Sulbar sudah banyak yang tua sehingga tidak lagi produktif. Hal ini membuat pemerintah melakukan peremajaan agar kakao tersebut dapat berproduksi kembali menjadi sumber pendapatan masyarakat.
Ia mengatakan, kakao diandalkan pemerintah Sulbar dalam menggenjot ekonomi masyarakat karena potensinya sangat besar. Tingkat produksi kakao di Sulbar mencapai 130 ribu ton per tahun dengan luas lahan mencapai 185 ribu hektare.
Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh sebelumnya mengatakan, kakao Sulbar terbukti telah menekan tingkat pengangguran di Sulbar sehingga cukup rendah sekitar 3,25 persen dari penduduk Sulbar yang memiliki jumlah penduduk satu juta jiwa.
Tingkat pengangguran di Sulbar itu diklaim di bawah angka pengangguran nasional.
"Jumlah angka pengangguran di Sulbar yang rendah itu sesuai dengan survei Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga pertanian akan menjadi andalan Sulbar untuk menekan pengangguran dengan terus mengembangkan kakao,"katanya.
Menurut dia, pemerintah di Sulbar telah berhasil memberikan lapangan kerja bagi masyarakatnya karena dikembangkannya dua komoditas pertanian andalan di Sulbar yang salah satunya adalah kakao.
Pewarta: M Faisal Hanapi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013
Tags: