Bisnis BTS di Indonesia tumbuh pesat
18 April 2013 20:44 WIB
Petugas memeriksa pemancar di salah satu menara BTS (Base Transceiver Stations) milik Telkomsel di Pulau Tongkeng, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (10/3/13). (FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Bisnis penyediaan menara telekomunikasi (BTS) di dalam negeri berkembang pesat karena sejumlah pemain baru bermunculan sejalan dengan ekonomi Indonesia yang tumbuh stabil.
"Ekonomi Indonesia yang tumbuh di atas enam persen itu menarik bagi pemain baru untuk turut serta dalam bisnis tersebut," kata Direktur utama PT Tower Bersama Group Herman Setya Budi di Jakarta, Kamis.
Herman Setya yang didampingi Direktur Keuangan Helmy Yusman Santoso mengatakan, bisnis infrastruktur terutama bidang telekomunikasi di dalam negeri masih akan terus berkembang ke depannya.
"Kami optimis pasar bisnis tersebut akan makin tumbuh," ucapnya.
Untuk itu, lanjut dia, perseroan telah mempersiapkan dana yang berasal dari global bond sebesar 300 juta dolar AS dan pinjaman yang belum ditarik sebanyak 210 juta dolar AS.
"Dana tersebut dinilai cukup untuk melakukan pembelian tower, apabila ada penawaran dari operator telekomunikasi, " katanya.
Ditanya munculnya sejumlah pemain baru, menurut dia, karena Indonesia merupakan tempat yang menarik untuk melakukan kegiatan usaha. Adanya sejumlah pemain baru menunjukkan bisnis infrastruktur dibidang telekomunikasi makin menarik.
Terkait dengan kurs nilai tukar rupiah yang saat ini cenderung mengalami pelemahan, Helmy mengatakan pihaknya tidak mengkhawatirkan kondisi itu dikarenakan perseroan menerapkan sistem "hedging".
"Kurs tidak masalah karena kami melakukan `hedging`. Sebisa mungkin semua utang di-hedging, tapi bertahap," kata dia.
Mengenai laba bersih, menurut Direktur keuangan, Helmyu Yusman Santoso, perseroan memperkirakan akan dapat meraih laba bersih sebesar Rp1 triliun.
"Laba bersih sebesar itu lebih tinggi dibanding tahun lalu hanya Rp841 miliar," ujarnya.
Laba bersih Rp841 miliar itu, lanjut dia akan diambil Rp10 miliar sebagai laba ditahan, sedangkan Rp831 miliar digunakan perseroan untuk semua kegiatan operasional.
"Kami yakin bisnis makin diminati masyarakat karena besarnya kebutuhan terhadap menara telekomunikasi itu," katanya.
Sementara, terkait rencana anggaran belanja (capex) tahun ini, menurut dia mencapai 250 juta dolar AS yang difokuskan untuk meningkatkan jumlah antena generasi ketiga (3G) seiring dengan kebutuhan akses data masyarakat.
"Penggunaan akses data mencetak pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan suara dan pesan singkat," ujarnya.
Per Desember 2012, Tower Bersama Infrastructure memiliki dan mengoperasikan 8.439 situs dengan 13.708 penyewaan.
"Ekonomi Indonesia yang tumbuh di atas enam persen itu menarik bagi pemain baru untuk turut serta dalam bisnis tersebut," kata Direktur utama PT Tower Bersama Group Herman Setya Budi di Jakarta, Kamis.
Herman Setya yang didampingi Direktur Keuangan Helmy Yusman Santoso mengatakan, bisnis infrastruktur terutama bidang telekomunikasi di dalam negeri masih akan terus berkembang ke depannya.
"Kami optimis pasar bisnis tersebut akan makin tumbuh," ucapnya.
Untuk itu, lanjut dia, perseroan telah mempersiapkan dana yang berasal dari global bond sebesar 300 juta dolar AS dan pinjaman yang belum ditarik sebanyak 210 juta dolar AS.
"Dana tersebut dinilai cukup untuk melakukan pembelian tower, apabila ada penawaran dari operator telekomunikasi, " katanya.
Ditanya munculnya sejumlah pemain baru, menurut dia, karena Indonesia merupakan tempat yang menarik untuk melakukan kegiatan usaha. Adanya sejumlah pemain baru menunjukkan bisnis infrastruktur dibidang telekomunikasi makin menarik.
Terkait dengan kurs nilai tukar rupiah yang saat ini cenderung mengalami pelemahan, Helmy mengatakan pihaknya tidak mengkhawatirkan kondisi itu dikarenakan perseroan menerapkan sistem "hedging".
"Kurs tidak masalah karena kami melakukan `hedging`. Sebisa mungkin semua utang di-hedging, tapi bertahap," kata dia.
Mengenai laba bersih, menurut Direktur keuangan, Helmyu Yusman Santoso, perseroan memperkirakan akan dapat meraih laba bersih sebesar Rp1 triliun.
"Laba bersih sebesar itu lebih tinggi dibanding tahun lalu hanya Rp841 miliar," ujarnya.
Laba bersih Rp841 miliar itu, lanjut dia akan diambil Rp10 miliar sebagai laba ditahan, sedangkan Rp831 miliar digunakan perseroan untuk semua kegiatan operasional.
"Kami yakin bisnis makin diminati masyarakat karena besarnya kebutuhan terhadap menara telekomunikasi itu," katanya.
Sementara, terkait rencana anggaran belanja (capex) tahun ini, menurut dia mencapai 250 juta dolar AS yang difokuskan untuk meningkatkan jumlah antena generasi ketiga (3G) seiring dengan kebutuhan akses data masyarakat.
"Penggunaan akses data mencetak pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan suara dan pesan singkat," ujarnya.
Per Desember 2012, Tower Bersama Infrastructure memiliki dan mengoperasikan 8.439 situs dengan 13.708 penyewaan.
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: