Jakarta (ANTARA News) - Ikatan Relawan Sosial Indonesia (IRSI) bersama Kesultanan Yogyakarta meluncurkan buku berjudul "Hamengku Buwono IX: Inspiring Prophetic Leader" dalam rangka peringatan 101 tahun Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

"Buku ini berisi bunga rampai kesaksian, kesan, dan analisis dari para pihak yang pernah mempunyai pengalaman pribadi atau bekerja bersama Sultan Hamengku Buwono IX, ataupun menduduki jabatan yang sama seperti beliau," kata Ketua Tim Penerbitan buku tersebut Parni Hadi di Jakarta, Kamis.

Buku itu, kata Parni, dimaksudkan untuk memaknai peringatan satu abad Sri Sultan Hamengku Buwono IX serta pengesahan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta yang diakui oleh banyak pihak terwujud berkat "investasi" sang Sultan.

Menurut mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA itu, dari kesaksian dan analisis para kontributor tulisan dalam buku itu, Sri Sultan HB IX adalah seorang pemimpin yang memberi inspirasi dan menjalankan kepemimpinan profetik (kenabian, red.).

"Semula buku ini dirancang berjudul `Hamengku Buwono IX: The Inspiring Sultan`. Akan tetapi, setelah tulisan para kontributor mengalir masuk dan dilakukan perenungan, judul buku berubah sedikit menjadi lengkap `Hamengku Buwono IX: Inspiring Prophetic Leader`. Alasannya, beliau memang memenuhi kriteria penyandang gelar `Prophetic Leader`," katanya.

Namun, dia menegaskan bahwa buku tersebut tidaklah bertujuan mengultuskan Sri Sultan HB IX, seperti yang telah disampaikan oleh puteranya, Sultan HB X.

"Jadi, buku ini bukan untuk mendewakan beliau, melainkan menjadikan beliau rujukan atau contoh pemimpin yang baik. Lagi pula, kami sengaja mencari tokoh yang sudah wafat. Karena kalau sosok yang masih hidup sudah dijadikan contoh, kami khawatir dia akan menjadi sombong dan bisa berubah," ujar Parni.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa dirinya dan para anggota IRSI merasa gelisah melihat keadaan negeri yang dinilai memprihatinkan karena kurangnya pemimpin yang ideal.

"Ini semua berangkat dari rasa gelisah, cinta, dan rindu. Kami sangat gelisah melihat keadaan negeri ini, tetapi saya juga mencintai negeri ini sehingga kami rindu mencari pemimpin yang benar-benar amanah dan mencintai rakyatnya," kata mantan Dirut LPP RRI itu.

Hal tersebut, kata dia, telah mendorong niat para kontributor dan anggota IRSI untuk menggali lebih lanjut mengenai rekam jejak kiprah Sri Sultan HB IX yang dianggap sebagai pemimpin yang amanah.

"Untuk itu, kami mengundang sejumlah tokoh untuk menulis kesaksian tentang beliau berdasar pengalaman langsung, pengamatan, dan analisis yang didasari informasi dari sumber lain," ungkapnya.

Akan tetapi, Parni mengaku bahwa tim penulis sempat kesulitan untuk menerbitkan buku karena beberapa alasan, salah satunya adalah terbatasnya dokumen tertulis yang ditinggalkan Sri Sultan HB IX.

"Beliau itu dikenal pendiam dan tidak mau menulis catatan pribadi tentang apa yang telah dikerjakannya. Tidak banyak bahan referensi tertulis, kecuali buku `Tahta untuk Rakyat` yang terbit pada tahun 1982," jelasnya.

Alasan lainnya adalah tidak banyak lagi saksi sejarah seangkatan sang Sultan yang masih hidup dan bisa dihubungi untuk memberi kontribusi tulisan.

Parni mengatakan bahwa buku itu akan mengawali serial buku tentang pemimpin dan kepemimpinan.

Menanggapi peluncuran buku itu, Sri Sultan HB X mewakili Kesultanan Yogyakarta mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi upaya dari tim penulis untuk menciptakan buku tersebut.

"Saya menyambut baik dan mengapresiasi penuh atas diterbitkannya buku ini oleh IRSI. Bagi saya sulit untuk berkomentar tentang buku yang membuat keluarga Keraton Yogyakarta merasa tersanjung dan bersyukur," kata Sri Sultan HB X.

Dia berharap agar buku tersebut dapat memberi inspirasi bagi generasi penerus untuk memiliki semangat kerelawanan dan kedermawanan dalam membangun bangsa.