Tanjungpinang (ANTARA) - Panglima Komando Aramda (Pangkoarmada) I, Laksamana Muda TNI Achmad Wibisono, menjadi bapak asuh tiga anak stunting di Kelurahan Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

"Ada sepuluh anak stunting di Kampung Bugis, tapi tiga di antaranya belum punya bapak asuh stunting, jadi kami berinisiatif jadi bapak asuh stunting," katanya saat memberikan bantuan secara simbolis kepada keluarga anak stunting di Kampung Bugis, Sabtu.

Pangkoarmada I mengatakan bantuan yang diberikan itu berupa dana rutin bulanan selama enam bulan ke depan, di mana per bulannya sebesar Rp300 ribu per anak stunting.

Baca juga: Golden Mom bantu cegah stunting dengan edukasi untuk orang tua

Dana itu dapat digunakan untuk membeli kebutuhan makanan bergizi dan bernutrisi tinggi bagi anak menderita stunting agar mereka bisa tumbuh sehat dan normal seperti anak-anak seusianya.

"Program ini bentuk komitmen TNI AL dalam membantu pemerintah menangani anak stunting, khususnya di Kota Tanjungpinang," ujarnya.

Dia berpesan agar orang tua anak stunting rutin memeriksakan kesehatan ke posyandu untuk mengetahui perkembangan anaknya.

Sementara, Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Endang Abdullah, mengapresiasi Panglima Koarmada I yang telah berpartisipasi menjadi bapak asuh untuk tiga anak stunting di bawah usia dua tahun di Kampung Bugis.

Menurutnya, bapak asuh anak stunting merupakan program hasil kerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) guna menyalurkan bantuan kepada anak stunting yang mayoritas berlatar belakang keluarga kurang mampu.

Baca juga: BKKBN: Prevalensi stunting pada enam provinsi naik di tahun 2022

"Dalam upaya percepatan penurunan stunting, maka dibutuhkan keterlibatan semua pihak dan salah satunya adalah dengan program bapak asuh anak stunting," kata Endang Abdullah.

Endang mengutarakan saat ini Pemkot Tanjungpinang memang tengah fokus menurunkan kasus anak stunting, karena Presiden Jokowi menargetkan pada tahun 2024, angka stunting turun menjadi 14 persen.

Ia memaparkan, jumlah anak menderita stunting di Tanjungpinang sampai sejauh ini sebanyak 353 orang anak usia bawah lima tahun dan 50 orang anak usia bawah dua tahun.

Dia optimistis dengan sinergitas semua stakeholder, termasuk TNI AL. Maka, percepatan penurunan stunting dapat terlaksana dengan baik.

"Seperti kita tahu, stunting dapat menghambat proses tumbuh dan kembang anak. Kalau tidak ditangani serius, akan menjadi ancaman untuk mewujudkan generasi emas bangsa Indonesia 2045," demikian Endang Abdullah.

Stunting adalah gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, di mana dalam jangka pendek dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan pertumbuhan fisik pada anak.

Baca juga: Pastika ingin kepala desa di Klungkung-Bali serius tangani stunting