Di sisi lain, sejumlah masyarakat di berbagai belahan dunia menganggap batuk yang terjadi dalam waktu lama dan tak kunjung hilang yang dihasilkan dari infeksi bakteri TB tersebut, sebagai sebuah penyakit kutukan yang tak dapat disembuhkan.
Di samping itu, juga terdapat penyakit lepra atau kusta yang serumpun dengan TB, yang menimbulkan ciri bercak-bercak dan dapat menyebabkan putusnya jari jika didiamkan, semakin meyakinkan sejumlah masyarakat tersebut atas adanya kutukan yang tak dapat disembuhkan.
Kejadian tersebut, menyebabkan sejumlah masyarakat penderita TB dan kusta yang tinggal di daerah yang tidak teredukasi dengan baik, dikucilkan dari kelompoknya karena dianggap membawa kutukan.
Beruntung, Kabupaten Kayong Utara memiliki Hamisah (50) seorang kader posyandu dan PKK di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, yang tergerak hatinya untuk mengedukasi dan menuntaskan TB dan kusta di Kayong Utara.
Dia menilai masyarakat di Kabupaten Kayong Utara perlu mendapatkan pelayanan dan edukasi dengan baik soal TB dan kusta, lantaran berdasarkan penuturannya, terdapat sejumlah warga yang memisahkan anggota keluarganya sendiri, dengan membuatkannya pondok kecil jauh di belakang rumah warga tersebut, karena takut ikut tertimpa sial.
Hingga akhirnya di 2008, Hamisah bergabung dengan Yayasan Alam Sehat Lestari (Asri) yang saat itu sedang mencari Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk membantu menuntaskan kasus TB dan kusta di Kabupaten Kayong Utara.
Dari sini lah, perjuangan Hamisah dalam menghilangkan stigma masyarakat Kabupaten Kayong Utara soal TB dan kusta dimulai.
Tak jarang Hamisah harus menempuh perjalanan hingga ke Kecamatan Seponti, dari rumahnya di Kecamatan Sukadana yang berjarak sekitar 120 kilometer pulang pergi.
Terkadang, Hamisah juga perlu menuruti permintaan pasien, seperti membawakan bebek agar pasien mau meminum obatnya dengan rutin sampai selesai.
Berkat jerih payahnya, pada 2015 terjadi lonjakan pasien TB dengan jumlah 120 pasien serta 32 pasien kusta pada 2018 di klinik Asri tempatnya bekerja.
Angka tersebut bukanlah pertanda buruk, sebab angka tersebut terungkap karena banyaknya masyarakat yang sudah teredukasi olehnya, yang pada akhirnya datang dengan sendirinya ke klinik tempatnya bekerja untuk memperoleh pengobatan.
Hal tersebut juga didorong oleh kebijakan klinik yang memperbolehkan pasien yang berobat membayar biaya pengobatannya dengan menggunakan bibit pohon, untuk ditanam sebagai upaya reboisasi hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Palung yang terletak Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Perlahan, hasil jerih payahnya juga mampu menekan kasus TB dan kusta di Kabupaten Kayong Utara, dengan 75 pasien TB dan hanya satu pasien kusta yang tercatat menjalani pengobatan di klinik tempatnya bekerja.
Berkat jerih payahnya pula, dirinya diangkat sebagai Kepala Dusun Sidorejo, Desa Sedahan Jaya, Kabupaten Kayong Utara pada 2013, dan menjadi Kepala Dusun pertama yang merupakan seorang perempuan di daerahnya hingga sekarang.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi telah mengatakan stigma dan diskriminasi masih menjadi tantangan pasien TB yang menyebabkan mereka enggan menyelesaikan pengobatan.
Menurut Imran, masalah stigma dan diskriminasi perlu disikapi secara serius, dengan melibatkan petugas dan sektor lain termasuk komunitas.
Apa yang dilakukan Hamisah, turut membantu pemerintah dalam menghilangkan stigma negatif soal TB, serta membantu keberhasilan pemerintah dalam menemukan 74 persen kasus TB pada 2022, yang merupakan capaian tertinggi Indonesia, hingga menjadi percontohan dunia.