Jakarta (ANTARA) - Sebagai bentuk kepedulian untuk cegah stunting, terutama di lingkungan sekitar perusahaan, PT Golden Mom Indonesia memiliki program sosial atau corporate social responsibility (CSR) yang dilaksanakan secara rutin, termasuk yang bersifat donasi atau sumbangan.

Salah satu program CSR yang jadi unggulan yakni bantuan pangan protein bagi anak-anak penderita gizi buruk/stunting.

PT Golden Mom Indonesia menyelenggarakan CSR Talkshow Bertema “Ayo Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Asuh Orang Tua” beberapa waktu lalu di Posyandu Kelurahan Depok Jaya.

Baca juga: Persagi DKI gencar kampanyekan pemberian ASI eksklusif

Bincang-bincang ini diisi langsung oleh Christine Febriana S selaku CEO PT Golden Mom Indonesia serta turut mengundang narasumber Psikolog Klinis Rizky Bina Nirbayaningtyas M.Psi dan Ahli Gizi Nesya Rivka Qurrotun Aini A.Md.Gz

Perbaikan pola asuh orang tua sangat penting dalam mencegah stunting pada anak-anak. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang biasanya terjadi pada masa pertumbuhan anak. Kondisi ini bisa memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan dan perkembangan anak.

Perilaku ibu sangat berperan penting dalam mengasuh anak dimana anak sangat membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan.

Untuk mendapatkan zat gizi yang baik diperlukan pengetahuan orang tua yang baik agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang.

Perilaku orang tua dalam mengasuh balita merupakan salah satu masalah yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada balita dimana perilaku orang tua dalam hal pola asuh yang kurang atau rendah memiliki peluang lebih besar anak terkena stunting dibandingkan orang tua dengan pola asuh baik.

Acara CSR ini bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam upaya pencegahan stunting dengan memberikan makanan sehat yang kaya akan nutrisi penting untuk pertumbuhan optimal anak-anak.

Salah satu fokus kunci dari acara ini adalah penyediaan telur, sumber protein hewani yang kaya akan nutrisi penting.

Baca juga: BKKBN: Prevalensi stunting pada enam provinsi naik di tahun 2022

Baca juga: Kepala BKKBN: Generasi stunting berisiko dapat penghasilan rendah