Sebagai langkah mencapai hal tersebut, kata Dito, pemuda harus meningkatkan kualitas dirinya sejak sekarang, terlebih Indonesia akan menghadapi tantangan bonus demografi yang diperkirakan mulai terjadi pada 2025.
"Generasi muda, termasuk yang berada dalam organisasi kepemudaan, harus mengupgrading diri dan masuk ke dunia kewirausahaan, dunia usaha kreatif, dan lainnya sebagai upaya menghadapi tantangan ke depan dan usaha menyukseskan visi Indonesia Emas 2045," kata Dito dalam Munas III Sapma Pemuda Pancasila di Bandung, Jumat.
Menurut Dito, saat bonus demografi, generasi muda atau generasi produktif akan memiliki komposisi sampai 60 persen, akan menjadi kesempatan sekaligus tantangan juga bagi negara dalam mempersiapkan generasi mudanya demi mencapai visi tahun Indonesia Emas 2045 tersebut.
"Karenanya pemerintah Indonesia sangat belajar dari Korea di mana mereka bisa menghadapi tantangan bonus demografi dengan sukses, dan juga belajar dari ketidaksuksesan beberapa negara dunia dalam memanfaatkan bonus demografi mereka," ucapnya.
Merujuk pada proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), puncak bonus demografi diperkirakan tercapai pada periode 2025-2030, dan masih akan terjadi pada saat bangsa Indonesia memasuki tahun Indonesia Emas 2045.
Pada 2045, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta jiwa, dari jumlah itu, di antaranya 52 persen berusia produktif, 75 persen hidup di perkotaan dan 80 persen masyarakat berpenghasilan menengah.
Angka partisipasi kasar (gross enrollment ratio) perguruan tinggi SDM di Indonesia akan mencapai 60 persen, yang menggambarkan bahwa fasilitas, kapasitas, aksesibilitas, serta keterlibatan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan semakin baik, khususnya pada jenjang perguruan tinggi.
Angka angkatan kerja lulusan pendidikan SMA sederajat dan perguruan tinggi akan mencapai 90 persen. Tingkat pengangguran alamiah akan terjaga pada tingkat tiga hingga empat persen.
"Karena itu, sekarang kita harus mendorong yang namanya pemuda dan juga organisasi kepemudaan masuk ke dunia kreatif, kewirausahaan, dan juga kepemimpinan baik itu nasional, hingga domestik yang merupakan keluarga, untuk menghadapi tantangan global," ucapnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Satuan Pelajar dan Mahasiswa (Sapma) Pemuda Pancasila Aulia Arief di tempat yang sama, mengatakan dirinya juga mengharapkan organisasi yang dipimpinnya turut menjadi katalisator pembangunan melalui berbagai kolaborasi.
"Karena Indonesia hanya bisa dibangun dengan gotong royong, kita tidak bisa membangun Indonesia secara sendiri-sendiri, tapi harus selalu berpegangan, karena itulah yang dipegang oleh burung Garuda yakni Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi kita tetap satu," ucapnya.
Baca juga: Menpora: Kerjasama dengan KPK untuk tingkatkan transparansi
Baca juga: Komisi X harapkan Menpora baru mampu arus utamakan isu kepemudaan