Jakarta (ANTARA) - Dosen Ilmu Pertahanan Unhan Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pemahaman geopolitik Soekarno dalam konstelasi strategis sangat penting termasuk dalam melakukan perencanaan pembangunan nasional berdasarkan koridor strategis.

Sebab pada tahun 1958, rencana koridor-koridor strategis sudah dirumuskan dengan kampus sebagai city of Intellect. Namun, koridor strategis itu sudah banyak ditinggalkan.

"Padahal dulu kita merancang Universitas Pattimura sebagai city of intelect dalam membangun kekuatan oseonografi kekuatan terbesar di Asia," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Universitas Pattimura, sambung dia, merupakan pusat pengetahuan riset inovasi terkait oseonografi. Maka, koridor strategis dari Indonesia timur menjadi kekuatan dalam kompartemen maritim.

Lalu, Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pusat penelitian teknologi angkasa luar, teknologi nuklir, dan persenjataan serta industrialisasi di Indonesia. Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai pusat pembangunan kekuatan pangan sehingga Indonesia berdaulat di bidang pangan.

Menurut Hasto, dalam konteks pertahanan, angkatan laut dipusatkan di Indonesia bagian timur. Kemudian, angkatan udara berada di Kalimantan sebagai Ibu Kota Negara, angkatan darat berada di Jawa dan masing-masing ditopang oleh city of intelect dari perguruan tinggi.

Baca juga: Sekjen PDIP raih predikat mahasiswa lulusan terbaik Unhan TA 2023

Baca juga: Hasto: Geopolitik Soekarno bangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia


Untuk itu, perguruan tinggi diangkat dengan konsepsi dalam membangun koridor-koridor strategis Indonesia sekaligus konsepsi tentang pertahanan negara.

"Hanya saja sayang sekali konsepsi kesatupaduan antara the power of intelectual leadership ini dari perguruan tinggi tidak connect dengan kebijakan kebijakan pembangunan atas cara pandang geopolitik yang berdasarkan aspek-aspek geostrategis," ujarnya.

Dia mengaku sedih saat berkunjung ke Aceh, karena kapal-kapal besar hanya melewati Sabang tanpa mendapatkan pemanfaatan bagi Sabang.

"Ketika datang ke Riau, selat Malaka sebenarnya secara geostrategis berada di dalam wilayah kita tetapi kenapa negara lain yang paling mendapat manfaat dan memegang kontrol atas selat Malaka," tambah Hasto.

Dia menyebut di Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa dikembangkan sebagai pusat penggemukan peternakan sapi dan kampus IPB didorong untuk membuka cabangnya di NTT dalam mengembangkan geostrategis yang berdekatan dengan Australia.

Pada bagian lain, Hasto mengatakan dalam diplomasi luar negeri, perdagangan dan pertahanan bagi kepentingan nasional Indonesia harusnya mampu menciptakan hukum internasional bagi kepentingan nasional.

"Kita sering ditekan oleh Eropa terkait dengan CPO. Bagaimana komoditas strategis bisa menjadi instrument of national power bagi kepentingan nasional Indonesia? Jika Indonesia diperlakukan tidak adil," ucapnya.

"Apakah kita memiliki kedaulatan nasional yang didukung oleh hukum internasional sehingga negara lain yang bersikap tidak adil tersebut lalu tidak bisa melalui alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) kita, hingga Indonesia dan negara tersebut memiliki posisi yang sederajat bagi kepentingan nasional yang berkeadilan bagi kedua negara? Ini semua memerlukan kajian akademis," kata dia.