ASEAN 2023
Empat perusahaan listrik ASEAN bahas interkoneksi sistem antarnegara
25 Agustus 2023 10:51 WIB
Empat perusahaan listrik negara-negara anggota ASEAN membahas peluang interkoneksi sistem antarnegara guna mewujudkan ketahanan energi kawasan. ANTARA/HO-Humas Kementerian ESDM/am.
Jakarta (ANTARA) - Empat perusahaan listrik negara-negara anggota ASEAN membahas peluang interkoneksi sistem antarnegara guna mewujudkan ketahanan energi di tengah pencapaian target transisi energi dan pengurangan emisi global.
"Tagline energi ASEAN memuat tiga pilar energi: keberlanjutan, keamanan dan interkonektivitas. Pilar-pilar ini mewakili tantangan utama kami dalam mempercepat konektivitas energi untuk mencapai pertumbuhan ASEAN yang berkelanjutan," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Arifin menyampaikan hal tersebut dalam pertemuan ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) Ke-41 di Bali, Kamis (24/8).
Dia menambahkan membuat sistem interkoneksi kelistrikan menjadi fokus pembahasan dalam Pertemuan Menteri Energi se-ASEAN kali ini.
Sistem interkoneksi ini bisa menjadi tulang punggung jika suplai listrik di sebuah wilayah berlebih, maka dapat dialirkan sesuai dengan kebutuhan kawasan.
"Untuk mewujudkan hal ini, kami akan meningkatkan interkonektivitas melalui Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan ASEAN Power Grid (APG) untuk energi ASEAN yang berkelanjutan," kata Arifin.
Baca juga: RI jajaki konektivitas listrik dengan Brunei-Malaysia dan Filipina
Baca juga: RI tekankan pentingnya ASEAN jadi pusat produksi kendaraan listrik
Adapun empat perusahaan listrik ASEAN yang hadir dalam pertemuan AMEM tahun 2023 ini adalah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Tenaga Nasional Berhad dari Malaysia, Electricite du Laos dari Laos, dan Electricity Generating Authority of Thailand.
PT PLN (Persero) dengan tiga perusahaan listrik asal Malaysia, Laos dan Thailand membahas peluang adanya sistem interkoneksi listrik antarnegara-negara ASEAN.
Menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan sistem interkoneksi di ASEAN bukan hal yang baru bagi PLN.
Indonesia dan Malaysia sudah membuat langkah agresif dengan menghubungkan sistem Kalimantan dengan Sabah. Menurut Darmawan, pengembangan interkoneksi ini perlu dilakukan apalagi di tengah tantangan pengembangan energi bersih.
"Dengan adanya perencanaan ambisius mengenai pengembangan pembangkit EBT dalam skenario Transisi Energi Indonesia, maka inisiatif ini juga mampu meningkatkan fleksibilitas pasokan dan permintaan di sektor kelistrikan," kata Darmawan.
Dia menambahkan pertemuan antar perusahaan listrik ASEAN dalam mewujudkan ketahanan energi di kawasan juga merupakan langkah untuk memperkuat hubungan antara negara-negara anggota ASEAN.
Sementara itu President and Chief Executive Officer of Tenaga Nasional Berhad Dato' Indera Ir. Baharin menyampaikan rencana interkoneksi sistem listrik ini merupakan peluang investasi ke depan.
Meski membutuhkan alokasi anggaran yang tak sedikit, kata Baharin, namun dengan kolaborasi yang kuat maka bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi seluruh negara.
"Iklim investasi yang menarik, dan juga daya tarik secara pengembalian modal menjadi tantangan tersendiri. Meski memang model interkoneksi ini sukses diterapkan di Eropa. Peluang kolaborasi ini akan bisa ditingkatkan," terang Baharin.
Baca juga: Mendag RI: Pertemuan dengan ASEAN-BAC sepakati tumbuhkan mobil listrik
Baca juga: PLN siagakan personel-peralatan sukseskan AMMTC Ke-17 di Labuan Bajo
"Tagline energi ASEAN memuat tiga pilar energi: keberlanjutan, keamanan dan interkonektivitas. Pilar-pilar ini mewakili tantangan utama kami dalam mempercepat konektivitas energi untuk mencapai pertumbuhan ASEAN yang berkelanjutan," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Arifin menyampaikan hal tersebut dalam pertemuan ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) Ke-41 di Bali, Kamis (24/8).
Dia menambahkan membuat sistem interkoneksi kelistrikan menjadi fokus pembahasan dalam Pertemuan Menteri Energi se-ASEAN kali ini.
Sistem interkoneksi ini bisa menjadi tulang punggung jika suplai listrik di sebuah wilayah berlebih, maka dapat dialirkan sesuai dengan kebutuhan kawasan.
"Untuk mewujudkan hal ini, kami akan meningkatkan interkonektivitas melalui Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) dan ASEAN Power Grid (APG) untuk energi ASEAN yang berkelanjutan," kata Arifin.
Baca juga: RI jajaki konektivitas listrik dengan Brunei-Malaysia dan Filipina
Baca juga: RI tekankan pentingnya ASEAN jadi pusat produksi kendaraan listrik
Adapun empat perusahaan listrik ASEAN yang hadir dalam pertemuan AMEM tahun 2023 ini adalah PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Tenaga Nasional Berhad dari Malaysia, Electricite du Laos dari Laos, dan Electricity Generating Authority of Thailand.
PT PLN (Persero) dengan tiga perusahaan listrik asal Malaysia, Laos dan Thailand membahas peluang adanya sistem interkoneksi listrik antarnegara-negara ASEAN.
Menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan sistem interkoneksi di ASEAN bukan hal yang baru bagi PLN.
Indonesia dan Malaysia sudah membuat langkah agresif dengan menghubungkan sistem Kalimantan dengan Sabah. Menurut Darmawan, pengembangan interkoneksi ini perlu dilakukan apalagi di tengah tantangan pengembangan energi bersih.
"Dengan adanya perencanaan ambisius mengenai pengembangan pembangkit EBT dalam skenario Transisi Energi Indonesia, maka inisiatif ini juga mampu meningkatkan fleksibilitas pasokan dan permintaan di sektor kelistrikan," kata Darmawan.
Dia menambahkan pertemuan antar perusahaan listrik ASEAN dalam mewujudkan ketahanan energi di kawasan juga merupakan langkah untuk memperkuat hubungan antara negara-negara anggota ASEAN.
Sementara itu President and Chief Executive Officer of Tenaga Nasional Berhad Dato' Indera Ir. Baharin menyampaikan rencana interkoneksi sistem listrik ini merupakan peluang investasi ke depan.
Meski membutuhkan alokasi anggaran yang tak sedikit, kata Baharin, namun dengan kolaborasi yang kuat maka bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi seluruh negara.
"Iklim investasi yang menarik, dan juga daya tarik secara pengembalian modal menjadi tantangan tersendiri. Meski memang model interkoneksi ini sukses diterapkan di Eropa. Peluang kolaborasi ini akan bisa ditingkatkan," terang Baharin.
Baca juga: Mendag RI: Pertemuan dengan ASEAN-BAC sepakati tumbuhkan mobil listrik
Baca juga: PLN siagakan personel-peralatan sukseskan AMMTC Ke-17 di Labuan Bajo
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023
Tags: