Jakarta (ANTARA) - Guru Besar dalam Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menganjurkan penggunaan masker bedah bagi masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan akibat polusi udara.

"Ya paling minimal pakai masker bedah lah," kata Agus Dwi Susanto dalam webinar bertajuk "Dampak Polusi Udara pada Kesehatan", di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, akan lebih baik jika masker yang digunakan adalah masker jenis respirator, N95, KN95, FFP2, atau KF94.

Meskipun tidak terlalu efektif, penggunaan masker bedah dapat menyaring polutan hingga 50 persen.

"Kalau enggak bisa karena mungkin pengap atau mungkin karena tidak nyaman, bisa pakai masker bedah, masker bedah bisa memfiltrasi hampir 50 persen," kata Agus Dwi Susanto.

Sementara penggunaan masker kain tidak direkomendasikan, namun masker kain dapat dilapisi dengan filter PM 2.5 yang bisa meningkatkan kemampuan filtrasi-nya hingga 95 persen.

"Filter itu bisa diselipkan di masker kain sehingga filtrasi-nya terhadap PM 2.5 menjadi meningkat sampai 95 persen," kata Agus Dwi Susanto.

Pihaknya mengatakan dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan masker dapat mengurangi dampak kesehatan akibat polusi udara.

Hal tersebut penting terutama bagi populasi yang berisiko seperti ibu hamil, anak-anak, orang tua, dan pekerja di luar ruangan.

"Empat populasi yang paling sering berisiko adalah ibu hamil, anak-anak, orang tua, dan pekerja luar ruangan," katanya.

Baca juga: Dokter: Pekerja luar ruangan rentan mengalami penurunan fungsi paru
Baca juga: Masker bedah masih bisa dipakai saat kualitas udara tak sehat
Baca juga: Dokter: Lebih dari 123 ribu meninggal per tahun akibat polusi udara