Menurut dia tradisi pembuatan noken atau kantung rajutan hingga saat ini masih berlangsung di Distrik Web Kabupaten Keerom, Papua. Kulit pohon momo diperoleh dari hutan setempat, yang diambil atau dikuliti bagian luarnya dan saat masih basah kemudian dikeringkan diatas tungku api.
Dan setelah kulit pohon momo kering, akan berbentuk serat-serat kulit yang selanjutnya akan dipintal menjadi benang.
Hingga saat ini belum ada program budaya berkaitan dengan pelestarian noken setempat oleh pemerintah Kabupaten Keerom. "Sangat kontras dengan pengakuan noken sebagai warisan dunia oleh UNESCO, keberadaan noken asli Keerom belum menjadi prioritas pembangunan budaya di Keerom," katanya.
Hari menilai tanpa upaya pelestarian, noken asli Keerom bakal punah, "Hanya generasi tua saja yang bisa membuat noken, selain itu bahan serat kulit pohon momo mulai digantikan benang buatan pabrik," katanya.
"Apa lagi saat ini, generasi muda lebih suka menggunakan tas modern buatan toko dari pada menggunakan noken. Pelestarian noken Keerom perlu diajarkan dalam kurikulum lokal pendidikan, serta pemerintah Keerom melalui dinas terkait perlu mempromosikan noken lewat berbagai even atau lainya," katanya.