Caracas (ANTARA News) - Bentrokan-bentrokan yang terjadi akibat protes kelompok penentang hasil pemilihan umum (pemilu) presiden Venezuela telah menewaskan tujuh orang, demikian kata sejumlah pejabat setempat, Selasa.

Pemimpin oposisi Henrique Capriles telah menuntut penghitungan ulang suara pemilu yang diadakan pada hari Minggu (14/4) setelah hasil hitung cepat menunjukkan kemenangan bagi kubu Nicolas Maduro--pengganti yang dipilih mendiang Presiden Hugo Chavez.

Tapi komisi pemilihan telah mengesampingkan pemilihan ulang, dan kekhawatiran terjadinya kerusuhan pun meningkat di negara Amerika Selatan dengan cadangan minyak terbesar di dunia itu.

Insiden yang menewaskan tujuh orang terjadi pada hari Senin ketika ratusan pemerotes turun ke jalan di berbagai kawasan di ibu kota Caracas dan kota-kota lain, membakar ban-ban, dan bentrok dengan pasukan keamanan.

Polisi juga menahan 135 orang akibat kerusuhan tersebut, demikian dilaporkan Reuters.

"Kami akan tumpas fasisme ini dengan demokrasi," kata Menteri Luar Negeri Elias Jaua, melukiskan insiden-insiden dan menunjukkan gambar video kepada sekelompok para duta besar.

"Mereka yang berusaha melakukan kekerasan yang tak mereka peroleh melalui pemilihan bukan demokrat," kata dia.
(M016)