Kerusuhan pasca Pemilu Venezuela, tujuh orang meninggal
17 April 2013 06:14 WIB
Pendukung pemimpin oposisi Henrique Capriles menghadang polisi anti kerusuhan saat berdemo menuntut penghitungan kembali atas pemungutan suara pada pemilu Minggu kemarin di Karakas, Senin (15/4). Ratusan pendemo bentrok dengan polisi di ibukota Venezuela hari Senin kemarin usai Capriles mengajak berdemo menuntut penghitungan ulang suara hasil pemilihan presiden. (REUTERS/Christian Veron)
Caracas (ANTARA News) - Bentrokan-bentrokan yang terjadi akibat protes kelompok penentang hasil pemilihan umum (pemilu) presiden Venezuela telah menewaskan tujuh orang, demikian kata sejumlah pejabat setempat, Selasa.
Pemimpin oposisi Henrique Capriles telah menuntut penghitungan ulang suara pemilu yang diadakan pada hari Minggu (14/4) setelah hasil hitung cepat menunjukkan kemenangan bagi kubu Nicolas Maduro--pengganti yang dipilih mendiang Presiden Hugo Chavez.
Tapi komisi pemilihan telah mengesampingkan pemilihan ulang, dan kekhawatiran terjadinya kerusuhan pun meningkat di negara Amerika Selatan dengan cadangan minyak terbesar di dunia itu.
Insiden yang menewaskan tujuh orang terjadi pada hari Senin ketika ratusan pemerotes turun ke jalan di berbagai kawasan di ibu kota Caracas dan kota-kota lain, membakar ban-ban, dan bentrok dengan pasukan keamanan.
Polisi juga menahan 135 orang akibat kerusuhan tersebut, demikian dilaporkan Reuters.
"Kami akan tumpas fasisme ini dengan demokrasi," kata Menteri Luar Negeri Elias Jaua, melukiskan insiden-insiden dan menunjukkan gambar video kepada sekelompok para duta besar.
"Mereka yang berusaha melakukan kekerasan yang tak mereka peroleh melalui pemilihan bukan demokrat," kata dia.
(M016)
Pemimpin oposisi Henrique Capriles telah menuntut penghitungan ulang suara pemilu yang diadakan pada hari Minggu (14/4) setelah hasil hitung cepat menunjukkan kemenangan bagi kubu Nicolas Maduro--pengganti yang dipilih mendiang Presiden Hugo Chavez.
Tapi komisi pemilihan telah mengesampingkan pemilihan ulang, dan kekhawatiran terjadinya kerusuhan pun meningkat di negara Amerika Selatan dengan cadangan minyak terbesar di dunia itu.
Insiden yang menewaskan tujuh orang terjadi pada hari Senin ketika ratusan pemerotes turun ke jalan di berbagai kawasan di ibu kota Caracas dan kota-kota lain, membakar ban-ban, dan bentrok dengan pasukan keamanan.
Polisi juga menahan 135 orang akibat kerusuhan tersebut, demikian dilaporkan Reuters.
"Kami akan tumpas fasisme ini dengan demokrasi," kata Menteri Luar Negeri Elias Jaua, melukiskan insiden-insiden dan menunjukkan gambar video kepada sekelompok para duta besar.
"Mereka yang berusaha melakukan kekerasan yang tak mereka peroleh melalui pemilihan bukan demokrat," kata dia.
(M016)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: