Singapura (ANTARA News) - Harga minyak jatuh di perdagangan Asia, Selasa, dengan Brent turun di bawah 100 dolar AS per barel, karena kekhawatiran permintaan setelah data pertumbuhan China menunjukkan kenaikan di ekonomi nomor dua dunia itu masih rapuh.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei, turun 1,04 dolar AS menjadi 87,67 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Mei turun 0,99 dolar AS menjadi 99,64 dolar AS di sore hari, lapor AFP.

Brent berada di bawah 100 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Juli.

"Pasar terutama masih bereaksi terhadap angka PDB buruk yang keluar dari China, yang telah menegaskan kembali bahwa tren ekonomi terbesar kedua di dunia itu sedang melambat," kata David Lennox, analis sumber daya di Fat Prophets di Sydney.

Pertumbuhan PDB China turun menjadi 7,7 persen pada kuartal pertama, data menunjukkan Senin, dibawah perkiraan para analis untuk pertumbuhan sebesar 8,0 persen.

"Banyak yang menyebut terbawah untuk ekonomi China dan dengan Eropa mendekam dengan pertumbuhan rendah banyak yang mengatakan konsumsi dan permintaan menjadi didorong oleh China," Jason Hughes, kepala perdagangan penjualan di CMC Markets di Singapura, menulis dalam sebuah catatannya. "Ini sekarang tampaknya menjadi mungkin agak terlalu optimis."

Pasar juga tertekan oleh data mengecewakan dari Amerika Serikat, kata analis.

Data April menunjukkan perlambatan yang lebih besar dari perkiraan dalam kegiatan manufaktur di negara bagian New York dan kepercayaan pengembang perumahan AS jatuh.

Harga minyak berada di bawah tekanan setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Badan Energi Internasional (IEA) dan Badan Informasi Energi pemerintah AS (EIA) pada pekan lalu memperkirakan permintaan global yang lebih rendah. (A026/A011)