Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah pada Selasa pagi bergerak menguat lima poin terhadap dolar AS dipicu Bank Indonesia yang belum memberi sinyal pengetatan moneter.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar lima poin menjadi Rp9.709 dibanding posisi sebelumnya Rp9.714 per dolar AS.

"Dari domestik, sentimen dari BI pekan lalu direspon cukup stabil dengan tidak memberikan sinyal pengetatan moneter di tengah inflasi yang cukup tinggi," kata analis Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta.

Sinyal itu, menurut dia, menunjukan ekonomi domestik masih cukup stabil di tengah data-data China yang masih melambat dan masih adanya ganjalan krisis moneter di Siprus terkait dengan perkiraan penambahan dana talangan (bailout) di atas perkiraan.

"Sentimen negatif eksternal dapat menahan laju rupiah terhadap dolar AS ke depannya," kata dia.

Ia menambahkan masih negatifnya perekonomian global akan membuat mata uang safe haven seperti dolar AS menjadi aset yang diburu investor untuk menjaga nilai.

"Dolar AS merupakan safe haven untuk menjaga nilai aset agar tidak jatuh," kata dia.

Pengamat pasar dari Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menambahkan adanya tragedi bom meledak di AS akan membuat keyakinan investor kembali terguncang.

"Kendati dampak teror bom kali ini tidak sebesar tragedi WTC, tetapi investor akan melakukan aksi ambil untung dengan posisi tunai memegang dolar AS," kata dia.