Jakarta (ANTARA) - Hasil survei teranyar dari Y-Publica menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo Subianto terus merangkak naik sejak awal tahun sehingga kini menempati elektabilitas tertinggi di antara tiga nama potensial bakal calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.

"Prabowo makin tak terbendung di tiga besar," kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono dalam rilis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Survei mencatat bahwa Prabowo meraih elektabilitas sebagai bakal capres sebesar 30,6 persen, disusul Ganjar Pranowo di urutan kedua sebesar 22,7 persen, kemudian Anies Baswedan di urutan ketiga sebesar 13,4 persen.

Elektabilitas Prabowo tersebut tercatat mengalami kenaikan sejak Februari lalu yang mulanya memperoleh raihan sebesar 21,3 persen, lalu pada April menjadi 22,8 persen, kemudian pada Juni kembali meningkat menjadi 25,3 persen, hingga pada Agustus memperoleh 30,6 persen.

Rudi menilai melejit-nya elektabilitas Prabowo Subianto hingga tembus 30 persen semakin meningkatkan kepercayaan diri Ketua Umum Partai Gerindra itu untuk menantang bakal calon presiden (capres) PDI Perjuangan Ganjar Pranowo.

"Kekuatan Prabowo Subianto dalam kontestasi menuju Pilpres 2024 makin tak terbendung. Awalnya Prabowo hanya didukung oleh Gerindra dan PKB yang tergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), kini mendapat tambahan dukungan dari partai-partai besar dengan bergabung-nya Golkar dan PAN," tuturnya.

Baca juga: JK nilai Perolehan hasil survei hanya gambarkan tren

Baca juga: Survei NEW INDONESIA sebut Prabowo unggul dengan 26,5 persen


Sementara, elektabilitas Ganjar Pranowo pada Februari lalu tercatat sebesar 25,5 persen, kemudian pada April menjadi 23,5 persen, lalu pada Juni memperoleh raihan sebesar 24 persen, dan pada Agustus meraih elektabilitas sebesar 22,7 persen.

"Dukungan terhadap Ganjar melandai sejak deklarasi pada bulan April lalu, tidak ada kenaikan elektabilitas seperti yang diharapkan," ucapnya.

Adapun, elektabilitas Anies Baswedan tampak mengalami penurunan dari Februari lalu yang mulanya memperoleh raihan sebesar 20 persen, lalu pada April turun menjadi 19,4 persen, kemudian pada Juni kembali turun menjadi 17,2 persen, dan pada Agustus mencatatkan elektabilitas sebesar 13,4 persen.

"Lonjakan elektabilitas Prabowo juga berbanding terbalik dengan melorot-nya Anies, menunjukkan terjadinya migrasi dari basis pendukung Anies yang beralih mendukung Prabowo. Karakteristik pendukung Prabowo dan Anies relatif sama, begitu pula dengan persebaran wilayah," paparnya.

Lebih lanjut, dalam skenario head to head atau simulasi dua nama capres, Prabowo tercatat unggul dengan elektabilitas 51,8 persen, dibandingkan dengan elektabilitas Ganjar sebesar 32,7 persen, adapun 15,5 persen responden sisanya menjawab tidak tahu/tidak jawab.

Endorsement Jokowi yang condong kepada Prabowo memperkuat peluang untuk menang, serta menarik pendukung Anies bermigrasi ke kubu Prabowo alih-alih mendukung Ganjar," ujarnya.

Baca juga: Survei Algoritma sebut elektabilitas Ganjar ungguli Prabowo dan Anies

Di luar tiga besar nama di atas, raihan elektabilitas calon presiden selanjutnya secara berturut-turut ditempati oleh Puan Maharani (5,0 persen), Ridwan Kamil (4,8 persen), dan Agus Harimurti Yudhoyono (4,3 persen), Erick Thohir (3,3 persen), Sandiaga Uno (3,0 persen), Gibran Rakabuming Raka (1,8 persen).

Kemudian, Khofifah Indar Parawansa (1,5 persen), Airlangga Hartarto (1,2 persen), Mahfud MD (0,7 persen), Muhaimin Iskandar (0,6 persen), Andika Perkasa (0,5 persen), Yenny Wahid (0,5 persen), sedangkan sebanyak 0,4 persen responden menjawab lainnya, dan 5,7 persen sisanya menjawab tidak tahu/tidak jawab.

“Di tengah stagnasi yang dialami Ganjar, justru terjadi kenaikan elektabilitas Puan Maharani dan Gibran Rakabuming Raka, yang notabene sama-sama kader PDIP. Figur lain yang mengalami kenaikan elektabilitas adalah Menteri BUMN Erick Thohir, dimana Erick di gadang-gadang sebagai cawapres, baik bagi Prabowo maupun Ganjar," kata dia.

Survei yang dilakukan pada 7 hingga 15 Agustus 2023 itu dilakukan dengan populasi survei yang terdiri atas warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilu, yakni mereka yang berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Pengambilan sampel dilakukan terhadap 1.200 responden yang mewakili 34 provinsi di Indonesia. Wawancara dilakukan secara tatap muka, dengan margin of error sekitar kurang lebih 2,98 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.