Laporan dari Kuala Lumpur
Din Syamsuddin sebut negara Madani bisa jadi solusi hadapi globalisasi
22 Agustus 2023 16:37 WIB
Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam Prof M Din Syamsuddin dalam Debat Perdana Madani di Kampus Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia, Kamis (21/8/2023). (ANTARA/HO/Prof M Din Syamsuddin)
Kuala Lumpur (ANTARA) - Wawasan negara Madani yang digagas Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dapat menjadi solusi bagi negara-negara di dunia untuk menjalankan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan dalam menghadapi tantangan globalisasi dewasa ini.
Hal itu disampaikan oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof M Din Syamsuddin dalam keterangan yang diterima di Kuala Lumpur, Selasa.
Menurut Din Syamsuddin, banyak negara di dunia menghadapi ancaman perpecahan dan kemunduran karena sistem politik dan ekonomi liberal yang diterapkannya hanya menciptakan kesenjangan dan ketidakadilan.
Sistem itu, ujar dia, juga terlalu menampilkan infrastruktur fisik dan mengabaikan infrastruktur nonfisik (mental). Ekonomi dikuasai segelintir orang yang kemudian berusaha mendiktekan politik.
Sebagai akibatnya, kekuasaan politik menjadi tiran dan monopolistik serta cenderung melanggengkan kekuasaan dengan menghalalkan segara cara, kata Din Syamsuddin.
Untuk itu, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu, Wawasan Madani yang menekan persamaan, keadilan dan permusyawaratan dapat diajukan untuk peradaban global. Ketiganya merupakan esensi ummah yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah sebagai format masyarakat majemuk saat itu.
Masyarakat Madani demikian menjadi pendorong bagi terwujudnya Madinah atau tamaddun yakni peradaban tinggi yg membawa kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin bagi semua.
Hanya saja, menurut Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam (Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam) itu, Wawasan Madani Anwar Ibrahim masih perlu diperkuat dengan landasan filosofis berasaskan nilai-nilai fundamental Islam (Tauhid, Khilafah dan Islah) dan nilai-nilai instrumental berupa paradigma etika atau kode etik yang perlu dibudayakan oleh masyarakat, dan disesuaikan dengan konteks sosio-kultural masyarakat bersangkutan.
Din Syamsuddin dalam Debat Perdana Madani di Kampus Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia, Kamis (21/8), mengkritik kepanjangan MADANI oleh Anwar Ibrahim, yaitu kemaMpanan, kesejAhteraan, Daya cipta, hormAt, keyakiNan, Ihsan yang terkesan seperti dipaksa-paksakan dan susah dipahami masyarakat.
Secara berkelakar, dirinya mengusulkan MADANI menjadi Maju, Aman, Damai, Adil, Nikmat, dan Indah. Usulan tersebut, menurut dia, disambut tepuk tangan sekitar dua ribu hadirin yang memadati Dewan Conselor Tun Abdul Razak Kampus UKM.
Debat Perdana Madani itu para tokoh cendekiawan, budayawan, dan civitas akademika UKM, termasuk Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia Dato Seri Mohammad Khaled bin Nordin, Timbalan Menteri, Naib Canselor UKM Prof. Dato Dr. Mohd Ekhwan, dan sejumlah guru besar.
Baca juga: Din Syamsuddin: Perilaku berkemajuan jalan kebangkitan peradaban Islam
Baca juga: Din Syamsuddin harap silaturahim tetap terjaga meski beda pendapat
Baca juga: Din Syamsuddin ajak masyarakat untuk kembali kepada fitrah
Hal itu disampaikan oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof M Din Syamsuddin dalam keterangan yang diterima di Kuala Lumpur, Selasa.
Menurut Din Syamsuddin, banyak negara di dunia menghadapi ancaman perpecahan dan kemunduran karena sistem politik dan ekonomi liberal yang diterapkannya hanya menciptakan kesenjangan dan ketidakadilan.
Sistem itu, ujar dia, juga terlalu menampilkan infrastruktur fisik dan mengabaikan infrastruktur nonfisik (mental). Ekonomi dikuasai segelintir orang yang kemudian berusaha mendiktekan politik.
Sebagai akibatnya, kekuasaan politik menjadi tiran dan monopolistik serta cenderung melanggengkan kekuasaan dengan menghalalkan segara cara, kata Din Syamsuddin.
Untuk itu, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu, Wawasan Madani yang menekan persamaan, keadilan dan permusyawaratan dapat diajukan untuk peradaban global. Ketiganya merupakan esensi ummah yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah sebagai format masyarakat majemuk saat itu.
Masyarakat Madani demikian menjadi pendorong bagi terwujudnya Madinah atau tamaddun yakni peradaban tinggi yg membawa kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin bagi semua.
Hanya saja, menurut Ketua Poros Dunia Wasatiyyat Islam (Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam) itu, Wawasan Madani Anwar Ibrahim masih perlu diperkuat dengan landasan filosofis berasaskan nilai-nilai fundamental Islam (Tauhid, Khilafah dan Islah) dan nilai-nilai instrumental berupa paradigma etika atau kode etik yang perlu dibudayakan oleh masyarakat, dan disesuaikan dengan konteks sosio-kultural masyarakat bersangkutan.
Din Syamsuddin dalam Debat Perdana Madani di Kampus Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia, Kamis (21/8), mengkritik kepanjangan MADANI oleh Anwar Ibrahim, yaitu kemaMpanan, kesejAhteraan, Daya cipta, hormAt, keyakiNan, Ihsan yang terkesan seperti dipaksa-paksakan dan susah dipahami masyarakat.
Secara berkelakar, dirinya mengusulkan MADANI menjadi Maju, Aman, Damai, Adil, Nikmat, dan Indah. Usulan tersebut, menurut dia, disambut tepuk tangan sekitar dua ribu hadirin yang memadati Dewan Conselor Tun Abdul Razak Kampus UKM.
Debat Perdana Madani itu para tokoh cendekiawan, budayawan, dan civitas akademika UKM, termasuk Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia Dato Seri Mohammad Khaled bin Nordin, Timbalan Menteri, Naib Canselor UKM Prof. Dato Dr. Mohd Ekhwan, dan sejumlah guru besar.
Baca juga: Din Syamsuddin: Perilaku berkemajuan jalan kebangkitan peradaban Islam
Baca juga: Din Syamsuddin harap silaturahim tetap terjaga meski beda pendapat
Baca juga: Din Syamsuddin ajak masyarakat untuk kembali kepada fitrah
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023
Tags: