"Ide utama sebagai tribute dari lukisan aslinya. Tetapi Redmiller ini memiliki kisahnya sendiri," kata Peter di Jakarta, Jumat.
Baca juga: "Beyond The Limit", ekspresi seniman lukis penyandang cerebral palsy
Karakter Redmiller Blood digambarkan sebagai sosok animasi menggemaskan dengan rambut merah dan mata besar yang sebenarnya merupakan refleksi dari hasrat manusia yang ingin dicintai, dianggap berani, dan diterima lingkungan masyarakatnya.
Tetapi kadang, manusia menggunakan topeng terlalu banyak agar bisa diterima lingkungan dan ini mengorbankan identitas sehingga berakibat ke kesehatan mentalnya.
Baca juga: Untag Surabaya pamerkan 28 lukisan peringati Bulan Bung Karno
"Ini menggambarkan kejiwaan Redmiller yang down, insecurity, depressed-nya yang terkadang itu kita rasakan tetapi tidak diceritakan pada orang," tutur dia.
"Burung kardus itu sebenarnya melambangkan kehidupan manusia yang sangat fragile, singkat. Tetapi apakah betul orang-orang di sekitar kita benar-benar menolong? Penggambarannya secara komedi bahwa kehidupan itu diketawain saja kalau ada sial-sialnya," jelas Peter.
Melalui karakter ciptaannya itu, Peter ingin menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental sekaligus mengingatkan mereka agar jangan mudah menyerah.
Lukisan ini berkisah tentang proses perjuangan manusia baik yang sudah mencapai garis akhir ataupun belum.
Baca juga: Memaknai hubungan alam dan ego manusia melalui karya "In Another Land"
"(Gosip-gosip itu) boleh jadi motivasi tetapi jangan jadi halangan untuk maju," tutur Peter.
Peter mengatakan perlu waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikan kedua lukisannya. Dosen desain komunikasi visual di Universitas Kristen Maranatha itu telah berpartisipasi dalam sejumlah pameran di tingkat nasional dan berbagai negara seperti Hong Kong, Shang Hai, New York, Korea Selatan, Australia.
"Saya berharap Redmilller jadi movement, reminder bahwa masyarakat tidak men-defined siapa diri kalian tetapi kitalah yang memberi corak pada masyarakat tempat kita tinggal," demikian kata Peter ketika ditanya harapan melalui karakter ciptaannya.
Sementara itu, selain lukisan karya Peter, pameran "ArtMoments Jakarta" juga menyajikan karya seniman-seniman ternama lainnya termasuk seniman Jepang Miwa Komatsu (disajikan oleh Whitestone Gallery), Arkiv Vilmansa (disajikan oleh G3N Project x Museum of Toys), seniman kontemporer Indonesia yang dikenal secara internasional Eko Nugroho dan Heri Dono (disajikan oleh The Columns Gallery).
Pameran yang menampilkan 25 galeri seni nasional dan internasional yang terkemuka itu terbuka untuk masyarakat umum pada 19 dan 20 Agustus 2023 dengan tiket masuk Rp100 ribu untuk umum dan Rp50 ribu untuk mahasiswa.