Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara yang buruk di wilayah DKI Jakarta belum berdampak pada kenaikan permintaan dan penjualan obat batuk di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Jumat.

Ketua Harian Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Yoyon ketika ditemui di Pasar Pramuka, Jumat, mengatakan, dampak dari buruknya kualitas udara Jakarta belum mempengaruhi permintaan obat batuk dan tabung oksigen.

"Hingga saat ini belum ada peningkatan pembelian obat batuk dan permintaan tabung oksigen," ujarnya.

Menurut dia, belum terjadi kepanikan di masyarakat akibat buruknya kualitas udara di Jakarta. "Saat ini masih normal saja. Ketersediaan obat batuk cair pun masih banyak," kata Yoyon.

Namun demikian, pihaknya telah meminta kepada distributor untuk menyiapkan ketersediaan obat dan tabung oksigen manakala terjadi kenaikan permintaan di masyarakat.

"Kami tak mau kejadian seperti beberapa tahun lalu (COVID-19 ) tiba-tiba terjadi kekosongan penumpukan barang di distributor," ujarnya.

Baca juga: DKI Jakarta belum darurat penyakit akibat polusi udara
Baca juga: Faskes di DKI Jakarta siap tangani penyakit akibat kualitas udara

​​​​​​
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan uji coba kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH) bagi sebanyak 50 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) mulai 21 Agustus 2023.

Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Joko Agus Setyono berharap uji coba ini mampu mengurangi tingkat polusi udara di Jakarta dan kemacetan yang belum teratasi.

Namun, Joko belum dapat memastikan apakah akan dilanjutkan atau tidak setelah uji coba tersebut berjalan selama tiga bulan. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI terlebih dahulu akan melihat keefektifan kebijakan tersebut.

"Nanti kita lihat perkembangannya, kita lihat kinerja beberapa juga," ujar Joko.
Baca juga: Legislator minta Pemprov DKI tetapkan tanggap darurat bencana polusi