Washington (ANTARA) - Rusia mencapai kemajuan besar dalam rencananya memproduksi massal drone serang yang sejenis dengan buatan Iran dan dapat menempuh jarak hingga lebih dari 1.600 km untuk menyasar kota-kota Ukraina, tulis Washington Post pada Kamis (17/8).

Menurut dokumen mengenai rencana itu, Rusia sedang membuat Shahed-136 versinya sendiri, meskipun tertunda dan sanksi yang mempengaruhi komponen yang dibutuhkan dari negara lain.

Washington Post mengaku memperoleh dokumen itu dari seorang sumber yang tidak menyetujui invasi Rusia ke Ukraina, serta bekerja pada Kawasan Ekonomi Khusus Alabuga di Republik Tatarstan, Rusia.

Iran mengakui telah mengirim drone ke Rusia. Sebelumnya Iran mengaku mengirimkan drone tersebut sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

Rusia sebelumnya membantah menggunakan drone Iran di Ukraina, namun Presiden Vladimir Putin menyerukan negaranya meningkatkan produksi drone dalam negeri.

Baca juga: Denmark dorong China untuk "berbicara" ke Rusia tentang Ukraina

Pada April, Putin mengatakan nilai industri drone Rusia bakal segera mencapai 20 miliar dolar AS (Rp306,24 triliun).

Gedung Putih awal musim panas ini mengatakan Rusia tampaknya memperdalam kerja sama dengan Iran dan sudah mendapatkan ratusan drone (UAV) dari Teheran, yang menurut Amerika Serikat, Ukraina, dan negara-negara Barat lainnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2015.

Pada Juni, Gedung Putih mengatakan Iran sedang membangun UAV kemudian mengirimkannya ke Rusia melintasi Laut Kaspia guna digunakan oleh pasukan Rusia untuk melawan Ukraina. Sejak Agustus tahun lalu Iran mengirimkan ratusan drone ke Rusia.

Pekan ini, Financial Times melaporkan Washington menekan Iran agar berhenti menjual drone kepada Rusia.

Namun, laporan Washington Post pada Kamis menyoroti upaya Rusia dalam membangun pabrik drone di wilayah Tatarstan yang berjarak 800 km arah timur Moskow.

Baca juga: Rusia sudah tahu kelemahan persenjataan Barat, siap disebarluaskan

Rusia disebut berusaha memproduksi 6.000 drone sampai musim panas 2025.

Sejumlah dokumen yang ditinjau peneliti Institute for Science and International Security di Washington atas permintaan Washington Post, menunjukkan fasilitas Rusia terlambat satu bulan dari jadwal.

Para insinyur di sana sedang berusaha membuat drone Iran versi mereka dalam skala lebih besar dan dengan kualitas lebih baik, serta juga berusaha menambah kemampuan sampai bisa meluncurkan "serangan bergerombol" yang terkoordinasi menyasar satu target, kata Washington Post.

Dokumen dari musim dingin 2022 hingga musim semi 2023 ini di antaranya memuat cetak biru pabrik dan skema teknis. Beberapa telah dilaporkan bulan lalu oleh media berbahasa Rusia, Protokol.

Washington menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan Iran, termasuk para eksekutif Iran di pabrik-pabrik senjata. Sanksi dijatuhkan karena Iran memasok drone ke Rusia. Sanksi juga dijatuhkan kepada individu-individu terkait drone lainnya.

Baca juga: Latvia bantu Ukraina eksporkan pangan via Baltik

Sumber: Reuters