Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah pada Kamis sore kembali bergerak menguat sebesar 11 poin dipicu ekspektasi inflasi di dalam negeri mendatang akan menurun.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat tipis sebesar 11 poin menjadi Rp9.700 dibanding posisi sebelumnya Rp9.711 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah kembali bergerak menguat masih dipicu oleh ekspektasi kalangan pelaku pasar uang terhadap inflasi mendatang akan turun," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, ekspektasi itu menyusul dipertahankannya tingkat acuan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) di level 5,75 persen.

Selain itu, lanjut dia, BI juga akan tetap menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental Indonesia dengan melakukan berbagai upaya-upaya pendalaman pasar valuta asing.

Meski demikian, lanjut dia, rupiah masih dibayangi data pengangguran AS yang menunjukan penurunan, kondisi itu akan membuat mata uang dolar AS menguat terhadap mayoritas nilai tukar Asia.

"Harga komoditas dunia juga masih cenderung mengalami penurunan," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menambahkan kendati ada tekanan inflasi dalam tiga bulan terakhir, namun tekanan itu diperkirakan bersifat jangka pendek karena harga bahan makanan (volatile food).

"Untuk mengurangi tekanan itu BI akan memperkuat operasi moneter dengan menyerap likuiditas yang lebih besar ke tenor yang lebih jangka panjang," katanya.