Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produksi pertama atau first drop gas alam cair (LNG) Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat, pada September 2023.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan setelah pada Juli 2023 Proyek Tangguh Train 3 selesai konstruksi dan commissioning maka pada Rabu (16/8) gas dari Sumur Wiriagar Deep A telah masuk ke Sistem Tangguh Train 3. Selanjutnya, ditargetkan first drop LNG akan terjadi pada September 2023.

"Hari ini, saat seluruh insan industri hulu migas memperingati dan merayakan Kemerdekaan RI di seluruh wilayah Indonesia, hari ini pula telah dilakukan loading kargo LNG dari Train 1 dan Train 2 melalui Jetty-2, yang merupakan bagian dari lingkup proyek Train 3. Ini menjadi kado yang membanggakan industri hulu migas bagi bangsa Indonesia di perayaan kemerdekaan yang sama-sama kita rayakan hari ini," kata Dwi dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, ia menyampaikan perjalanan salah satu proyek strategis nasional (PSN) tersebut telah memberikan dampak positif dan manfaat ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian daerah.

Selain itu, pada puncak proyek Train 3 memobilisasi sekitar 13.500 pekerja dengan mayoritas pekerja adalah anak bangsa serta melibatkan pekerja lokal masyarakat Papua dalam jumlah yang sangat besar.

Baca juga: SKK Migas: Produksi gas diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri

Baca juga: SKK Migas Kalimantan-Sulawesi sudah tanam lebih 200 ribu pohon


Ia mengatakan dalam kapasitas operasi optimal, Train 3 akan meningkatkan produksi LNG Tangguh sebanyak 50 persen menjadi 11,4 metrik ton per tahun (MTPA).

Produksi gas Train 3 diprioritaskan untuk domestik sehingga dapat dipastikan kebutuhan gas domestik dapat terpenuhi secara keseluruhan serta menjadi salah satu tulang punggung dalam perjuangan industri hulu migas dalam mencapai target jangka panjang pada 2030, yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).

Ia juga menegaskan bahwa tantangan yang dihadapi industri hulu migas masih membentang, namun semua insan industri hulu migas telah memiliki komitmen yang kuat dan semangat perjuangan sebagaimana yang dicontohkan para pahlawan ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

"Kami telah menetapkan tekad bersama bahwa perjuangan industri hulu migas adalah bagaimana memenuhi kebutuhan energi nasional yang berkelanjutan. Para pejuang industri hulu migas telah menetapkan semangat dan tekad untuk meraih produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD gas sebagai kontribusi hulu migas bagi pembangunan nasional," ujar Dwi.

Baca juga: Pertamina Drilling bakal kerjakan tujuh sumur di Lapangan Banyu Urip

Baca juga: SKK Migas-ExxonMobil Cepu jaga kinerja produksi Blok Banyu Urip